Mau kasih sedikit note dulu ya sebelum cerita dimulai 😁
Jadi, kalau nemu bagian yang banyak "Cetak Miring" nya, berarti mereka lagi bicara dalam pikiran ya. Yang kekuatan Wonwoo itu 😉
Sekarang..
Selamat membaca kembali 💕🍃💦❄🔥
Kami berada pada titik di mana katanya ini adalah tempat kastil Jeonghan berdiri sebelum pemiliknya hilang jadi batu pertama. Meskipun aku tidak melihat perbedaan antara tempatku menapak dengan setiap sisi di hutan ini, tapi sepertinya itu tidak berdampak bagi keempat vampire yang sekarang sedang merangkak di tanah seakan mencari sesuatu.
"Apa yang sedang kita cari?" tanyaku sambil mendekati Soonyoung yang sedang menggali tanah.
Satu-satunya vampire yang berani kudekati karena hanya dia vampire ramah yang tersisa. Akan kujamin, dia tidak akan mudah kesal, ketus, atau marah saat aku mendekatinya.
"Sesuatu yang disembunyikan Jeonghan hyung," jawab Soonyoung, "Riset rencana penyerangan."
"Bukankah tadi kalian bilang sudah ada rencana?"
"Ya, memang sudah. Tapi rencana itu dibuat Jeonghan hyung dan katanya, dia mengubur itu di dekat kastilnya," jelas Soonyoung.
"Apa kalian tidak punya rencana sendiri?"
"Apa menurutmu, membuat rencana itu mudah?! Rencana penyerangan membutuhkan strategi, pemahaman pergerakan lawan, dan kelemahannya. Di sini, hanya Jeonghan hyung yang sudah mengetahui segala gerak-gerik Chang. Dia juga yang membuat kelompok ini dengan komposisi tepat. Dia yang memulai dan dia juga yang tau harus bagaimana mengakhirinya." Pendapatku dijawab ketus. Siapa lagi jika bukan Jihoon.
Aku malas untuk membalasnya, tapi bibirku gatal jika harus menahan. Pada akhirnya, aku tetap merespons, "Jika dia tau cara mengakhiri semuanya, harusnya dia sudah melakukan itu ratusan tahun yang lalu sejak kalian sudah membentuk kelompok ini."
"Siapa yang paling terakhir kalian ajak? Chan yang termuda atau Joshua dan Jun yang jadi orang terakhir yang kutemui? Umur mereka juga ratusan tahun, bukan? Harusnya kalian sudah bergerak jauh sebelum hari ini tiba." Aku terus mengoceh tanpa menggubris Soonyoung yang sudah menyenggol lenganku.
Hingga aku selesai bicara, aku baru menatapnya dengan wajah tidak bersalah. Seakan tidak mengetahui hal genting yang tergambar di sana, aku menengokkan kepala ke arah mata Soonyoung mengarah dan dengan cepat juga aku mengalihkan perhatian kembali pada Soonyoung. Memohon pertolongan para vampire yang sedang menyalahkanku dengan mata yang seakan berkata, 'Ini salahmu sendiri'.
"Jika kau merasa lebih pintar darinya, bagaimana jika kau yang memimpin pertempuran dan menyusun rencananya dari awal? Aku mau dengar!" tantang Seungcheol. Hanya dengan suara berat yang marah itu saja, tubuhku sudah bergetar.
"Jeosonghaeyo.." ujarku dengan suara sangat-sangat kecil. "Aku hanya merasa kalian terlalu tergantung pada Jeonghan."
"Tutup mulutmu jika tidak tau apa-apa tentang kami!" peringatkan Seungcheol.
Aku terpaksa menunduk dalam dengan kedua tangan terus membantu Soonyoung menggali tanahnya. Meski sudah cukup baik menutupi, tapi nyatanya aku tidak bisa membohongi getaran tubuhku dari Soonyoung.
Dia menyunjingkan senyum. Salah satu tangannya menadah ke atas. Aku tau itu bukan sedang meminta atau menginginkan sesuatu dariku. Karena setiap kali tangannya bergerak, maka akan ada sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhku.
"Soonyoung-ssi.." panggilku dengan lemah. Aku tidak mau membuat masalah lebih rumit lagi, tapi dia tidak memedulikanku. Tangannya pun bergerak kembali. Kali ini dikepalkan dan tubuhku langsung bergerak memeluknya. Apa-apaan ini!?
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...