Hangat

390 78 34
                                    

Hangat dan lembut. Untuk kali ini, aku berada pada posisi tidur ternyaman. Tubuhku terasa segar tanpa rasa sakit dan pegal. Begitu juga hangat yang terasa seperti tertutup selimut tebal nan lembut. Mustahil ada selimut dan kehangatan pada kedalaman hutan ini bukan?

Tapi aku yang telah berinteraksi dengan makhluk ajaib layaknya vampire, sudah mengubah persepsi itu 180⁰ sejak berhari-hari yang lalu. Semua hal tak masuk akal yang ku temui di sini, telah dipatahkan oleh semua vampire itu. Jadi, kalau aku menemukan selimut yang menutupi tubuhku, itu artinya bukan lagi sebuah delusi.

Aku membuka mata dengan tubuh yang terbungkus selimut. Menutupi ujung kaki hingga leher pada ruangan gelap tanpa cela cahaya.

Apa kali ini aku dipermainkan para vampire itu? Bukankah aku biasanya selalu tertidur di tanah? Kali ini kenapa masih di kastil?

Aku tidak berani beranjak dari kehangatan semata perlindungan selimut itu. Belum mengibaskan selimut saja, kulitku sudah bisa merasakan suhu dingin yang menusukku hingga pori-pori. Membuatku merinding hanya karena sedikit bergerak. Suhu ekstrim ini jelas berasal dari cuaca musim dingin bersalju.

Suasana yang berbeda saat bersama Jun. Tapi mirip saat bersama Seungkwan. Jadi aku yakin, aku berada di tempat yang baru.

Lalu, seseorang tiba-tiba saja membiarkan cahaya masuk dengan membuka jendela yang tidak berkaca itu. Mataku menyipit. Memalingkan kepala untuk menghindari cahaya menyilaukan itu.

"Kau lebih mirip vampire daripada kami," ucap orang bersuara lembut, tapi berbobot itu. Aksennya juga agak berbeda dari orang Korea pada umumnya.

"Perlu ku tutup lagi?" Meski belum dijawab, dia balik menghalangi cahaya dari jendela itu dan membuat ruangan itu kembali menghitam.

"Siapa kau?" tanyaku. Mengubah posisi jadi terduduk dengan selimut yang mengulung tubuhku. Sungguh. Ini terlalu dingin untuk pakaian musim semiku.

Orang tersebut membuka cela sedikit demi sedikit agar sinar matahari masuk. Memperlihatkan pelangi yang pagi ini menghiasi langit biru bercampur paduan putih yang menemuhi setiap sudut di luar sana. Menunjukkan sayapnya yang ternyata jadi gorden dadakan itu. Hingga perlahan-lahan suasana dan warna ruangan mulai terlihat bersama senyum manis dari wajah putih tersebut.

"Annyeong haseyo, Hong Jisoo imnida. Kau bisa memanggilku lebih akrab dengan Joshua," sapanya hangat.

Aku mulai bisa melihat ke arahnya setelah retina ini telah terbiasa dengan cahaya yang masuk, lalu berkata, "Kau bukan orang Korea juga?"

Dia hanya mengangguk sambil tersenyum. Merapatkan sayapnya dan berjalan mendekatiku dengan tangan yang terus bersembunyi di belakang.

Tubuhku berubah siaga karena curiga. Senyumnya yang tidak luntur itu, jadi tampak menyeramkan sebab kesan waspadaku.

"Jangan takut. Aku tidak jahat."

"Tapi senyummu mencurigakan," balasku yang terlihat tidak setakut reaksi tubuhku.

Dia menghilangkan senyum dan matanya terbuka lebih lebar. "Jadi senyum saja salah? Orang sekarang memang aneh."

Kepalanya menggeleng ringan. Masih tetap berjalan hingga tubuhnya berdiri tepat di depanku. Dia mengeluarkan tangan yang ternyata menyembunyikan sebuah sweater tebal hasil rajut yang tampak hangat.

"Padahal aku hanya ingin memberikan ini. Pakailah, aku akan ambilkan makanan untukmu."

Dia berlalu pergi setelah meletakkan sweater rajut itu di sisi ranjang yang kutempati. Aku jadi tidak enak hati karena mencurigainya, tapi setelah vampire itu menutup pintu, aku segera mengambil dan mengenakan sweaternya cepat. Tapi belum sampai kepalaku keluar dari lubang leher itu, orangnya sudah kembali bahkan membantuku mengenakannya.

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang