Marah

486 85 16
                                    

Tidak ada waktu bersantai untuk melihat-lihat kastil megah bergaya vintage ini. Seokmin selaku vampire yang ada di depannya ini, langsung menyiapkan ruang kosong dalam kastilnya. Entah untuk apa.

Dia bahkan memperkenalkan dirinya sambil sibuk menggeser barang-barang di ruang tengah itu. Hm, aku kembali dilanda rasa penasaran yang berasal dari rasa bosan karena menuggunya. Semua benda-benda ini dapat disentuh, lalu saat kastil-kastil ketiga orang di cincin ini hilang, barangnya pergi ke mana?

"Sepertinya ada yang ingin kau tanyakan?" Seokmin berhenti sebentar untuk melirikku. Setelah menggeser sofa itu agak lebih jauh, dia baru mendekat.

"Tidak terlalu penting," cengirku. "Abaikan saja."

"Jangan sembunyikan apa-apa yang mungkin meresahkanmu. Aku mau kau jadi dirimu yang terbuka." Dia mengacak-acak rambutku dengan lembut. Perasaan ini, perasaan yang sama saat masih ada halmoni di sisiku. Aku merindukannya.

Tiba-tiba Seokmin memelukku erat, "Aku juga merindukannya."

Perasaan sedih yang sempat terasa, kini hilang karena pikiran bingung dari ucapan Seokmin. "Siapa yang kau rindukan?" tanyaku sambil mendongak.

Dia mengedipkan matanya beberapa kali. Terdiam seakan berpikir. "Seseorang yang kau rindukan. Aku kan bisa merasakan perasaanmu."

Dia berbohong. Tapi aku tidak yakin. Senyum lebarnya terlihat natural. Namun sorot mata itu menunjukkan keterbalikannya. Lagipula, secara logika, untuk apa dia merindukan nenekku? Meskipun dia memiliki empati tinggi karena kekuatannya, tapi dia kan tidak tau halmoni seperti apa. Pasti ada hal lain.

Tanpa kusadar, aku menatapnya lekat-lekat dengan serius dan tajam. Dulu aku yang takut jika bertemu vmpire, tapi sekarang sepertinya keadaan itu berbalik.

Seokmin segera melepaskan pelukannya dan kembali menggeser sofa hingga lebih menempel pada tembok. Lebih tepatnya pura-pura mendorong sofa yang tidak mungkin bergerak lagi.

"Sekarang siap," begitu ucapnya. Padahal kuyakin, kegiatannya itu sudah selesai sejak dia memelukku.

Seokmin menepuk-nepuk tangannya. Menarik napas panjang lalu membawaku tepat di tengah ruangan sembari menggenggam kedua tanganku.

"Kita mau apa?" Tanyaku.

"Aku akan melatihmu menggunakan kekuatan Seungkwan."

Bibirku terbuka kecil, hanya untuk mengeluarkan kata, "Hah?"

"Kau belum tau apa-apa tentang kekuatan yang diberikan Dino, Vernon, dan Seungkwan?" Aku cukup menggeleng untuk mewakili jawabanku. Memberikan? Aku hanya tau mereka bertiga masuk ke dalam tubuhku.

"Cincin yang kau pakai ini, berisi kekuatan mereka bertiga. Tiga berlian ini adalah jiwa mereka yang terkunci oleh kekuatan yang diberikan Hyung. Setelah mereka memberikan kekuatannya padamu, itu sama saja mereka memberikan jiwanya padamu."

Kenapa jadi seram sampai membawa jiwa? Takutku.

"Itu berarti, sekarang kau memiliki kekuatan yang sebenarnya milik Hyung. Kebetulan Seungkwan, Vernon, dan Dino memiliki tiga kekuatan yang diberikan oleh ketiga hyung pelindung kami."

Tolong.. aku makin ketakutan. Rasanya aku jadi tau kenapa mereka lebih membenciku sekarang, resahku.

Seokmin mengusap-usap punggung tanganku. Dia memang hebat membuatku tenang di saat yang tepat. Kekuatannya sungguh bisa membuat orang lain merasa nyaman.

"Aku tau kau takut karena sebagiam kecil kekuatan ini akan membuat para hyung dapat dengan mudah menemukanmu," ucap Seokmin dengan hati-hati.

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang