Boo Seungkwan,
Panggilan Seungkwan.Gerbang ketiga penunjuk sungai.
Posisi penjaga utama.
Pemeluk kekuatan es termuda dari sang penerus.Memiliki kasih sayang besar pada keluarga, membuatnya sulit menerima kenyataan pada kematian mendiang kakak perempuannya. Keputusannya mengubah diri demi mencari keadilan untuk sang kakak pun, memberinya kemampuan mengubah suara menjadi visual yang dia bayangkan dan cintai.
Namun, karena perasaan balas dendam itu, dirinya sering lupa pada diri sendiri dan berakhir memerankan karakter orang lain yang dibayangkannya.
🍃💦❄🔥
"I'm home!!" Teriakan Seungkwan terhenti saat melihatku. "Mwoya? Apa yang terjadi?" tanya Seungkwan dengan suara yang masih cukup besar.
Aku belum niat menjawab. Tubuhku masih lelah karena olahraga jantung yang tidak ada habisnya. Jadi, aku hanya melirik Seungkwan yang sibuk meletakkan beberapa kantong plastik berisi banyak makanan di genggamannya. Dari sekali lirik, Seungkwan hanya pulang sendiri. Baguslah! Aku belum mau menghadapi Chan.
"Vernon melakukan sesuatu padamu?" tebak Seungkwan. Aku hanya memberi deheman sebagai jawaban benar.
Seungkwan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar Vernon ini! Padahal sudah kubilang jangan menyusahkanmu. Berjalan kaki ke gedung baca pasti akan melelahkan. Aku meminta maaf untuk mewakilinya."
Aku menghembuskan napas atas ketidaktahuan Seungkwan. "Itu bukan sesuatu yang harus meminta maaf." Lalu menegakkan tubuh untuk bantu membongkar barang bawaannya.
"Lalu?" tanyanya penasaran.
Wajahku sontak memanas. Aku tidak membayangkannya, tapi setiap kali ada yang membahas, pipiku selalu jadi panas. Alhasil aku pun merespons dengan galak. "Tidak usah tanya-tanya!"
Seungkwan bungkam. Wajahnya terlihat takut. Meski begitu, bukan berarti dia akan diam dalam waktu lama. "Kau tidak ingin tanya soal Chan? Katanya, kau pasti memikirkannya."
Aku mendesis. Bibirku tertarik ke atas, menampilkan wajah yang sinis. "Dia terlalu percaya diri!"
Wajah Seungkwan sedikit dimundurkan. "Kau sangat sensitif. Jangan-jangan kau lagi masalah bulanan..?"
Mataku sontak melotot dan Seungkwan menutupi wajahnya dengan sebungkus ramyeon. "Bagaimana kau bisa tau hal itu?" tanyaku.
Seungkwan menggeser tangannya untuk menunjukkan setengah matanya. "Jadi benar?" Dia bertanya dengan rasa takut dan sungkan karena harus membahas masalah bulanan wanita.
"Bukan itu!" Aku sangat tidak sadar dengan suaraku yang meninggi. "Tapi bagaimana kau bisa tau soal masalah perempuan? Ini kan hanya diketahui para perempuan. Apalagi kau sudah ratusan tahun hanya tinggal dengan pria."
Seungkwan membulatkan bibirnya dengan menyuarakan huruf 'O' yang panjang. Dia menurunkan ramyeon instans-nya dan lanjut mengeluarkan bungkus ramyeon dengan makanan lainnya ke meja sambil berkata, "Dulu aku punya kakak perempuan. Dia seperti kucing galak saat masalah bulanan itu datang. Tapi sekarang dia sudah tidak punya masalah itu." Dia diam sebentar untuk berpikir. "Atau dia sudah bereinkarnasi dan mendapat masalah itu lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...