Portal

332 71 8
                                    

"Bangun!"

Aku mengerutkan kening.

"Bangun!!"

Perintah itu membuat kedua mataku otomatis terbuka. Seakan tidak mengalami efek malas dari bangun tidur, aku langsung menegakkan tubuh dan berdiri. Bergetak memutar untuk mencari sumber suara tersebut.

"Tidak usah bereaksi berlebihan. Kau sudah mendengar suaraku sebelumnya."

"Siapa kau?" Suaranya memang tidak asing, tapi aku tidak mengingatnya. Apa ini hanya halusinasi atau imajinasi mirip teman pena? Aku memegangi kepalaku yang tiba-tiba sakit.

"Itu tidak penting. Sekarang, jalan!" Keningku mengerut.

"Siapa kau menyuruh-nyuruhku?!" teriakku tanpa sadar.

"Baiklah jika kau ingin berhenti. Pulang sana!"

Eh?

"Kau si vampire itu?"

Tidak ada jawaban. Aku memajukan bibir. Harap-harap dia luluh, tapi sepertinya vampire ini tidak termakan rayuanku. Ya, mana mungkin terbuai, dia saja kejam.

"Kejam, ya? Aku bisa lebih kejam dari ini."

Aku refleks membekap bibir dengan tangan. Namun, aku sadar jika mulutku tidak mengatakan apa pun. Jadi... Dia bisa mendengar isi pikiranku?! Kedua tangan itu pun berpindah menyentuh puncak kepalaku.

Sekarang apa yang harus kulakukan? Aku lebih suka bicara dalam pikiran. Tapi kalau pikiranku dimasuki, aku tidak akan bisa lagi bicara dari sana. Bagaimana ini?? Belum apa-apa, aku sudah frustrasi sendiri. Jangan sampai kekuatan menyebalkan itu membekukan tubuhku lagi.

"Belum apa-apa sudah frustrasi," komentarnya.

Mataku menyipit sinis. Padahal aku tidak butuh komentar darinya.

"Tidak usah banyak membuang waktu! Cepat jalan!" perintahnya terus.

"Ke mana??" tanyaku dengan gemas.

"Jalan saja ikuti sungai. Masa selama ini kau tidak tau jika sungai itu penghubung kami?!" sinisnya balik.

Aku mana sadar? Terlalu banyak vampire yang kutemui. Memangnya semudah itu diingat? Aku banyak menahan geram bicara dengan vampire satu ini. Dengan terpaksa, aku berjalan mengarungi sungai tersebut sambil memperhatikan cincin yang sudah penuh di sana.

Jika sudah penuh, kenapa aku harus bertemu sisanya?

"Pengetahuanmu masih terlalu dangkal untuk membantu mereka kembali," serangnya lagi.

Siapa sih dia? Tiba-tiba muncul, tiba-tiba hilang. Senangnya mendengar isi pikiranku, terus berkomentar sinis. Sebegitu tidak sukanya dia denganku kah? Aku menggerutu sepanjang perjalanan. Meski sebanyak apa pun aku menggerutu di pikiran sendiri, vampire itu tidak muncul lagi padaku.

Di tengah perjalanan yang panjang, kepalaku tiba-tiba sakit. Aku mencengkeram kepalaku. Menarik-narik rambutku kuat.

Arg!!

Lama-lama aku tidak bisa menahannya. Kakiku terjatuh dengan tangan masih meremas kepala sendiri demi mengurangi rasa sakitnya. Namun sakit kepala ini lebih luar biasa daripada migran biasanya.

Tubuhku tersungkur di tanah. Aku berbaring tak berdaya pada hamparan rumput di tengah hutan luas yang sudah tidak tertutup es dingin itu. Sweater pemberian Joshua, makin memperburuk rasa panas yang terasa di tubuhku.

Ini bukan perbatasan mereka, kan? Hanya itu yang kusimpulkan. Tapi, aku merasa ini memang bukan perbatasan. Rasa panas inj, berbeda dengan yang terakhir kali kurasakan sebelumnya.

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang