Kisahmu

389 86 4
                                    

Terakhir kali teringat, aku masih mendengarkan segala kisah mengenai rahasia mereka, para vampire. Tapi saat aku benar-benar sadar, kepalaku sudah terbaring nyaman di meja ini. Mataku melirik ke arah jendela yang tidak berkaca itu. Langit nempak berwarna merah jingga, menunjukkan hari sudah kembali sore.

Aku membangunkan diri. Merenggangkan setiap sendi yang berbunyi dengan keras. Rasanya nyaman sekali. Bibirku tersenyum hanya karena rasa lega dari setiap pegal ini berbunyi. Hingga aku sadar jika ini bukan rumahku. Seseorang yang ikut berbaring di depanku, sukses menyadarkan sekaligus mengejutkanku. Aku segera berteriak dan mengguncang-guncang tubuhnya.

Tidak butuh usaha besar untuk membangunkannya, Seungkwan langsung terduduk dengan teriakan yang sama terkejutnya. "Wae?!"

"Kau tidur?" Tanyaku dengan nada suara tidak bersalah.

"Yak! Kau berteriak hanya ingin bertanya itu?! Aish! Mengagetkanku saja. Aku kira sudah malam dan hyung datang. Buat jantungan saja," ocehnya sambil mengusap-usap dada.

Aku termanyun, "Habisnya. Kata Vernon, vampire tidak tidur. Kalau tidur, katanya sama saja meninggal."

"Karena itu aku tidak tidur. Aku hanya membaringkan diri. Vampire tanpa raga seperti kita tidak boleh tidur," respons Seungkwan.

Makin membentuk rasa ingin tauku saat Vernon dan Seungkwan sama-sama menyebutkan vampire tanpa raga. Apa maksudnya dengan itu? Bukankah mereka sekarang memiliki raga? Buktinya aku masih bisa menyentuh mereka.

"Terus kenapa kau berbaring?" tanyaku. Mengajukan pertanyaan yang lain terlebih dahulu, sebelum pertanyaan intinya. Semoga waktunya cukup, harapku sambil melihat ke arah langit.

"Memang tidak boleh? Aku hanya coba merasakan kembali rasanya tertidur. Aku rindu menjadi manusia."

"Setelah mau coba ramyeon, sekarang mau tidur. Nanti mau apa lagi? Apa seburuk itu menjadi vampire?" tanyaku lebih banyak.

"Tidak seburuk itu. Hanya saja, ada beberapa hal yang tidak bisa ku lakukan selama menjadi vampire tanpa raga. Banyak juga yang harus ku lepas dan tinggalkan, termasuk aku harus merelakan seseorang yang ku sayang pergi karena seorang vampire."

Seseorang yang disayang Seungkwan juga menjadi korban vampire? Aku menebak-nebak. Itu artinya, nasib Seungkwan, Vernon, dan Chan tidak jauh berbeda.

Seungkwan menghela napas. "Sebenarnya aku tidak suka menceritakan ini, tapi aku tidak kuat menahannya lama-lama."

"Ceritakan saja. Aku bisa jadi tempat curhatmu."

"Rasanya sakit mengingatnya kembali. Tapi rasa rindu ini lebih menyesakkan. Sebelumnya, maaf karena aku menjadikanmu pelampiasan." Mataku melebar mendapati kata pelampiasan terdengar. Darahku mendidih. Ya.. ku akui, aku sedikit mudah naik darah.

"Kau mengingatkanku pada noona-ku yang telah meninggal. Dia suka makan ramyeon. Dia juga selalu banyak tanya dan ingin tau banyak hal. Terlebih, dia suka tidur saat aku mulai bercerita. Kenapa aku ingin mencoba ramyeon dan pura-pura tidur? Itu karena aku ingin mengenangnya. Aku jadi ingat saat-saat bersamanya." Mata Seungkwan berkaca-kaca. Tapi dengan cepat tersapu karena debu halus yang terlihat mengusap pipinya. Hawa dingin di sekitarnya, tidak memberinya kesempatan untuk menumpahkan kesedihan.

"Sifat kalian berdua, hampir keseluruhan mirip. Hanya saja dia tidak pelupa." Aku sengaja mengeluarkan suara protes. Setidaknya itu bisa membuat Seungkwan terkekeh kecil.

"Menjadi vampire, membuatku tidak bisa mendatangi makamnya. Menjadi vampire, membuatku merasa bersalah karena aku merupakan satu koloni yang menyebabkannya meninggal. Menjadi vampire, membuatku tidak bisa pergi menemuinya di alam yang sama. Tapi jika aku bukan vampire pun, aku juga tidak bisa mendatangi makamnya," ungkap Seungkwan.

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang