Rahasia

434 88 7
                                    

Senandung lembut dari suara pria menarik perhatianku. Dalam keadaan tidur pun, telingaku begitu peka dengan suara tersebut. Ku paksakan diri ini untuk terbangun. Meraba-raba dinding es demi menemukan jalan keluar.

Saat ku temukan lubang kecil itu, aku keluar tanpa terhalang apa pun. Seingatku, sebelum aku tertidur dengan perasaan tidak nyaman, pintu itu tertutup dinding es.

Aku merangkak keluar menuju cahaya menyilaukan. Menyipitkan mataku yang kabur karena terlalu lama berada di dalam gua beku ini. Seorang pria pun menyapaku dengan ramah, tapi nyanyian yang menarikku menghilang. Aku pun menyadari, suara itu milik Seungkwan.

"Sudah bangun? Ternyata suaraku ini ada gunanya," ucapnya.

"Apa maksudmu? Jam berapa ini?" Aku mendudukan diri di atas salju dekat Seungkwan. Tubuhku tidak terasa dingin, jangan-jangan Vernon sudah kembali. Aku tidak enak karena terus menghabiskan energinya.

"Jam 10 pagi. Tidurmu begitu nyenyak sampai aku harus membangunkanmu dengan suaraku." Suara? Inikah kekuatannya? Setelah diingat-ingat, aku belum pernah memperhatikan kekuatannya. Selama dengan Seungkwan, aku lebih sering mengobrol dan mendengarkan ocehannya.

"Bagaimana suaramu bisa membangunkanku? Kau teriak-teriak ya seperti eomma teman-temanku?" umpamaku. Aku mengingat cerita Jaemi saat dibangunkan tidur. Mungkin jika eomma-ku seperhatian eomma Jaemi, aku bisa merasakannya.

"Sekarang aku balik tanya, apa yang membuatmu bangun? Kau mendengar sesuatu yang merdu bukan?" ucapnya dengan penuh percaya diri.

"Entah kenapa aku jadi tidak ingin mengakuinya," godaku.

"Ya!!" protesnya. Aku pun tertawa. Mungkin hanya dia, vampire yang dapat kugoda sesuka hati. Dibanding Chan yang suka pura-pura ngambek, Seungkwan lebih menerima godaan dengan baik.

"Kau benar. Suaramu yang menarikku keluar. Nyanyianmu sangat merdu. Aku menyukainya sampai menarikku keluar dari alam mimpi," pujiku pada akhirnya.

"Tapi ini tidak terlalu berguna. Untuk apa bisa bernyanyi jika hanya bisa digunakan untuk membangunkan orang atau menarik seseorang padaku. Kekuatanku hanya berguna saat ini. Hanya denganmu dan tidak mungkin dipedengarkan orang lain. Tidak boleh tepatnya."

"Wae?" tanyaku singkat.

"Jika aku bernyanyi dan menarik orang-orang, akan banyak yang mengetahui kami dan memburu kami. Kau masih setengah mengantuk ya? Tidak mungkin kau tidak ingat kita ini bersembunyi," sinisnya. Aku tercengir saja. Memang aku masih belum sadarkan diri sepenuhnya.

"Kemarin hyung mendatangimu ya?" tanyanya. Tiba-tiba suasana menjadi tegang.

"Ada dua. Satu aku tau mereka manusia dan mungkin seorang investor atau makelar karena mereka membicarakan jual beli. Satu lagi, ku kira sebelumnya itu dirimu, tapi ternyata orang lain. Tapi aku tidak tau siapa. Dia menutup jalan keluarku."

"Jadi itu alasannya. Tidak heran hyung mau keluar sore hari." Seungkwan berkata misterius. Membuat aura ingin tauku bergejolak.

"Mwo?" Aku menggerakkan kepala ini sedikit mendekat ke arahnya. Menunjukkan wajah sangat penasaran pada wajah bulat mempesonanya. Tapi aku tidak langsung terpesona. Justru sebaliknya, pipi Seungkwan yang memerah.

"Apanya apa?" tanya Seungkwan. Berusaha menutupi gugupnya.

"Alasan apa?"

"Ingat saat aku memintamu masuk karena ada yang datang?" Aku mengangguk singkat. "Aku merasakan hyung mendekat. Ku pikir kita ketahuan. Tapi ternyata hyung datang untuk mengusir orang-orang yang kekeh ingin membangun pusat pembelanjaan di sini."

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang