Aku sudah terbangun, tapi malas untuk berdiri dan lanjut berjalan. Rasanya, aku sudah makin lelah mengelilingi hutan vampire ini. Membujuk mereka satu-satu yang tidak tau sampai berapa banyak. Belum lagi dengan mereka yang tidak percaya denganku layaknya Mingyu, rasanya lelah. Tenagaku jadi banyak berkurang.
Di antara terpaan angin yang berhembus, aku masih membaringkan tubuh menikmati suara sungai dan juga sejuknya udara. Sesekali mencelupkan tangan ke sungai untuk merasakan dinginnya.
Kulitku menggigil. Terkadang merinding. Tapi aku menikmati suhunya, sekaligus untuk mendinginkan kepala yang terasa panas dengan segala teka-teki para vampire ini.
Bibirku menguap. Rasa bosan mulai mengelilingiku. Aku baru bangun, jadi tidak mungkin mengantuk lagi.
Ku putuskan untuk membuka mata dan mengubah posisi berbaring menjadi terduduk setelah peregangan daripada berkemungkinan tertidur lagi. Rasa pegal yang menyiksa itu sungguh tidak terasa lagi. Aku sudah benar-benar telah terbiasa dengan ritual ini. Tapi aku baru menyadari sesuatu.
Aku memegang tangan kananku yang melingkarkan cincin perak tersebut. Jumlah berlian itu masih sama. Tidak ada perubahan atau penambahan.
Ku coba menghitungnya ulang. Harusnya jumlah batu berlian itu sekarang ada 5. Tapi ini masih 4 dengan warna terakhir coklat milik Seokmin. Aku benar-benar tidak salah ingat. Punya Mingyu tidak tercelup ke dalam air kan?
Panik. Tadi aku sempat bermain air sungai dengan tangan kananku. Aku tidak menyadari jika berlian ini bisa terlepas. Bagaimana ini?? Apa yang harus ku lakukan jika benar-benar hilang?
Air sungai yang tadi mengalir dengan tenang, kini kacau karena aku mulai mengacak-acaknya. Meskipun mustahil menemukan berlian kecil di sungai yang panjang ini, kepanikanku membuat otakku tidak dapat berpikir jernih. Tanganku tetap mencari pada kedalaman air yang dangkal sambil menggerakkan kaki merangkak sedikit demi sedikit mengikuti arus.
Demi menjaga sisa berlian yang ada, aku hanya menggunakan tangan kiri untuk mencarinya. Sesekali mengintip ke dalam air, berharap bisa menemukan setitik kilauan dari berlian itu. Bahkan aku tidak tau warna berlian, kastil atau apapun yang identik dengan Mingyu.
Aku dalam masalah, batinku.
Masih terus merangkak. Kedua lututku sampai sakit karena terus bergesekan dengan tanah. Aku hanya fokus mengaduk-aduk air sungai, hingga tidak sadar jika bayanganku tidak sendirian terpantul.
Suara rerumputan terinjak menemaniku yang merangkak. Langkah demi langkah kian jelas. Aku masih tidak mempedulikannya karena berpikir itu hanya gambaran dari halusinasiku. Tapi saat bayangan itu menampakkan wajahnya pada pantulan air sungai, aku segera menghentikan kegiatan merusak arus air dan mendongak ke arah belakang.
Tanganku berayun dan menggerakkan air hingga terangkat dan hendak menyerang tubuh tinggi kurus tersebut. Kekuatan itu bergerak dengan sendirinya tanpa maksud ingin menyerang sosok tersebut.
Namun pria itu mengelak dari serangan tidak sengajaku. Pergi lalu menghilang dari hadapanku dengan cepat.
"Kau hampir saja membuat pakaianku basah." Suara itu datang dari arah yang berbeda di seberang sungai.
Aku menengok dan hampir saja mengayunkan tangan yang bisa mengangkat air itu. Tapi sebuah angin kencang terhembus sampai kedua tanganku sulit digerakkan. Syukurlah, aku tidak menyerang vampire tidak bersalah ini. Aku tidak jadi menyesal.
"Kau tidak boleh dekat-dekat dengan sungai. Kekuatanmu ini masih tidak bisa dikendalikan." Informasi ini ku terima dengan senang hati. Tapi..
"Aku sedang dalam masalah." Aduku dengan wajah memelas. Dia memperlihatkan wajah polos yang lugu sebagai bentuk kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...