Jeng jeng..
Waktunya si kucing kita munculll...
Pasti udah banyak yang nungguin dia ya?? Sama aku juga 😆Abisnya, dia punya kesan tersendiri sih ya.. hehe..
Yuk lah. Dari pada berlama-lama. Kita langsung terjun aja ke kisahnya 🥳
Happy Reading ^^
🍃🐱🍃
Perasaan... dulu tidak seperti ini, tetapi kenapa sekarang jadi makin parah? batinku berucap sambil menelisik orang yang tidak henti-hentinya mengekoriku.
Saat di kebun, ikut. Ke sungai menemani Soonyoung, ikut. Ke dapur, ikut. Untung saat ke kamar mandi, tidak ikut. Namun... dia menunggu di depan pintu!
Karena sudah terlewat kesal, aku mengambil pisau sambil meliriknya tajam.
Orang itu tersentak. Dia mundur beberapa langkah saat aku berjalan ke meja ruang tengah. Jun pun menyembunyikan tubuhnya di balik kursi.
"Jangan melihatku sambil memegang pisau begitu. Menyeramkan," katanya tanpa menunjukkan ekspresi ketakutan.
"Kenapa sekarang bersembunyi? Padahal dari tadi ikut... terus seperti anak ayam baru menetas!" Aku mendekat dan mendudukan diri di kursi, lalu mengambil apel di meja tersebut dan memotongnya.
Mengetahui pisau itu tidak untuk membunuhnya, Jun pun keluar dari persembunyiannya dan menempel padaku lagi. Aku menggeram. Namun, belum sampai mengarahkan pisau padanya.
"Aku bukan anak ayam..."
Sebelum Jun menyelesaikan ucapannya, aku sudah menyela dan menodongkan pisau itu ke wajahnya. "Awas kau bilang dirimu kucing lagi!"
Mata besar Jun melirik pisau dan mataku bergantian. Kemudian menggeser punggung pisau agar menjauh dari wajahnya. "Pisau ini tidak lebih tajam dari matamu."
Bisa-bisanya masih punya kesempatan gombal! Aku mencibir dalam hati.
Tidak berniat membalas ucapannya, aku kembali menanggalkan kegiatan mengupas apel dan mengunyahnya sendiri.
"Tidak mau bagi-bagi dengan kekasihmu yang tampan ini?" Tangannya mulai melingkari pingganggku dengan wajah minta dimanja.
Kuatkan hambamu ini! batinku memohon dengan sangat.
Agar tidak terus diteror, aku memasukkan sepotong apel ke mulutnya. Meski ingin berlaku kejam, aku tetap memotongkan kecil agar bisa dimakan sekali gigit. Jun tersenyum seperti anak kecil.
Jika memang masih anak kecil, dia pasti sangat menggemaskan. Tetapi, karena sudah tua bangka, rasanya menyebalkan.
Jun kembali membuka bibirnya saat apel itu sudah kandas. Namun, aku tidak memberikannya lagi. " Tidak boleh. Sisanya ini untuk Jihoon. Dia bilang, sudah bosan menyemili jeruk dan wortel. Jadi, hari ini aku mengupaskannya apel."
"Kau berselingkuh dariku?" Jun menyolek daguku.
Jantungku terlonjak saat dia melakukannya. Meski sering dipeluk, dirangkul, dikecup, dan dicium tiba-tiba, organ tubuhku masih belum kuat. Justru, dia yang membuatnya makin lemah.
"Apa coba?! Aku hanya membantunya karena dia kesulitan melihat," jawabku dengan nada galak.
Namun, berdebatan ini tentu belum selesai. "Kemarin kau juga menemani Soonyoung bermain di sungai."
"Sejak dia ngambek, aku sudah janji menemaninya ke sungai setiap akhir pekan. Kau juga tahu dan ikut." Aku mengambil satu buah terakhir untuk dipotong.
"Kau juga masih menemani Chan bekerja. Padahal dia sudah menghafal jalannya. Kau harus memikirkanku juga. Chan itu saingan berat–"
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...