Sayap Seungcheol kian melemah. Beberapa kali dirinya hendak terjatuh, tapi dia tetap memaksakan diri untuk mengepak lebih cepat. Dia tidak ingin kemenangan ini jatuh di tangan musuhnya.
Namun pada akhirnya, dia pun turun karena melihat seseorang yang dia kenal sedang berlari dengan lamban di penglihatannya. Seungcheol melesat turun. Dalam sekejap, dia muncul di depan orang itu dan membuatnya terkejut.
Joshua mencengkeram dadanya, di mana jantung terletak dan berhenti mendadak akibat kemunculan Seungcheol. Dari sorot matanya, dia mengumpat marah. "Ya! Hati-hati dengan kedatanganmu! Sekarang aku hanya remaja berusia 300-an tahun. Jantungku lemah."
"Kau terlihat lebih baik." Seungcheol sedikit lebih santai mengetahui kondisi satu orang masih baik. "Bagaimana kau bisa lolos?"
"Kau belum bertemu Jeonghan?" tanya Joshua balik.
Ketika Seungcheol menggeleng, Joshua berubah panik. "Di mana yang lain? Ke mana Chang? Bukankah kau melawannya tadi?"
Joshua melayangkan pertanyaan yang bertubi-tubi. Bibirnya tidak bisa dihentikan sampai Seungcheol tidak sempat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Joshua juga menyuruhnya kembali ke kantor Chang untuk menemui Jeonghan. Tapi dia segera meralat dan memintanya menahan Chang. Kening Seungcheol mengerut. Dia pusing sendiri dengan tingkah temannya yang biasa kalem ini.
Setelah dilanda kebingungan dan dilema, tiba-tiba Joshua mencengkeram lengan Seungcheol kuat-kuat. Si pemilik tubuh pun mendadak tegang. "Kau harus minta Jihoon aktifkan kekuatan Seokmin. Itu cara satu-satunya untuk melemahkan Chang."
"Mengaktifkan?"
🍃💦❄🔥
"Arg!"
Tubuh Soonyoung mengharam tanah. Dia terseret dan memantul-mantul saat bertubrukan dengan benda lain yang ada di permukaan. Kondisinya tidak dalam keadaan baik, begitu pula dengan Jihoon. Dia terus berusaha untuk maju, tapi tidak sedikit pun usahanya berhasil karena esnya terus dilelehkan. Jika Wonwoo masih memiliki energi, kekuatannya akan bisa dimadamkan api Chang. Jadi, Soonyoung dan Jihoon bisa mendekatinya.
"Wonwoo-ya," panggil Jihoon dalam hati, "bagaimana jika aku memberimu energi?"
Mereka bertukar pandang. Wonwoo langsung menolaknya. Dia balas mengatakan pendapatnya melalui pikiran, "Ini bukan waktu yang tepat!"
Tatapan Jihoon menajam. Namun kandas saat badai angin membuat matanya perih. Soonyoung berteriak ke arah mereka dengan napas beratnya. "Ya! Ini bukan waktunya berbincang!"
Soonyoung memarahi kedua orang itu sambil memperlihatkan apa yang hampir saja menyerang mereka. Mata Jihoon terkesiap melihat jarum-jarum dari es yang tampak familiar, sedangkan Wonwoo mengerutkan kening sambil menatap lawan mereka yang kini berdiri di tanah yang sama.
Wonwoo memicingkan matanya. Meneliti kedua mata yang berjarak cukup jauh itu. Mendalami isi otak keji tersebut dalam kilas balik secepat kilat sampai tubuhnya tumbang sendiri. Wonwoo memegangi kepalanya yang pusing. "Dia mengambil kekuatan vampire es lain dan Seungcheol hyung sudah kehabisan tenaga sampai dia bisa lolos menemui kita di sini."
Bibir Jihoon tidak tahan untuk mengeluarkan semua sumpah serapahnya. Dia mengeluarkan berbagai kata kasar yang dilayangkan pada makhluk hina itu. Namun, Chang justru menguap untuk menanggapinya.
Dengan tangan terlipat di depan dada, Chang berkata, "Kalian bahkan lebih lemah dari Seungcheol. Bermain dengan kalian, membuatku bosan."
Emosi Jihoon meluap-luap. "Tutup mulut busukmu itu, vampire tua bodoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...