Vous Me Voyez
Selamat Membaca
******
Anin mengetukkan bolpoinnya di atas meja memikirkan sesuatu yang menurutnya begitu sulit dipecahkan. Sesekali ia melirik teman sebangkunya yang sibuk mencatat dengan telinga tersumpal headset.
Anin mendengus pelan, jelas sekali jika Sherly tidak ingin diajak bicara olehnya.
Ia kembali menatap white board yang berisi tulisan Fahmi yang menyatakan jika tidak diperkenankan untuk keluar kelas dan mengisi soal bahasa inggris halaman lima puluh tiga.
Tentu saja bagi Anin itu bukan perkara sulit. Baginya, bahasa tersebut adalah bahasa pertama dalam kesehariannya di Berlin. Ia menyelesaikan soal tersebut hanya dalam waktu sepuluh menit.
Ia kembali menatap Sherly yang sepertinya juga sudah menutup buku dan mulai memainkan ponselnya.
"Sher."
Gadis itu tidak menoleh membuat Anin terpaksa melayangkan tangannya untuk sekedar meraih seragam Sherly.
"Sher."
Berhasil! Gadis itu menoleh dan menatap Anin. Tak lupa ia melepaskan sebelah headset di telinga kanannya.
"Pulang nanti nebeng dong."
"Tumben," tanggapnya.
Tentu saja Sherly merasa heran. Meski mereka sudah mulai akrab, mereka sama sekali belum pernah berkendara bersama. Anin lebih sering mengajak Clara karena Sherly sendiri tidak terbiasa pergi bermain dengan teman sebayanya.
"Boleh, ya? Supir gue sakit, Risa juga lagi di luar kota ketemu mama. Kalau kakak gue, ya lo tahu lah se brengsek apa dia kalo udah berurusan sama adiknya sendiri."
Sherly terkekeh pelan. "Kasar ya bahasa lo. Darel itu kan kakak lo sendiri."
Anin bersedekap lalu bersandar di kursinya. "Dia gak berwibawa untuk gue hormati."
"Gue sih bisa aja, tapi enggak hari ini ya."
"Kenapa?" protes Anin mengerucutkan bibirnya.
"Gue pulang sama Revan soalnya."
Sontak raut wajah Anin berubah. Alisnya terangkat mulai menggoda teman sebangkunya ini.
"Udah pacaran?"
"Enggak! Siapa yang bilang," elak Sherly santai. Tetapi bukan Anin namanya jika ia tidak bisa membuat keributan dengan topik panas yang satu ini.
"Itu udah mau di ajak pulang bareng."
"Ya gak harus pacaran juga, 'kan?"
Anin mengubah ekspresinya menjadi terkejut dengan sedikit dilebih-lebihkan. "Lo manfaatin Revan jadi tukang ojek? Gak nyangka gue, Sher."
Sherly menepuk pipi Anin berharap mampu menyadarkan gadis itu dari segala macam komentar konyolnya.
"Sembarangan banget kalo ngomong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...