***
Galen menjatuhkan pandangannya kepada Ayra yang kini tengah meringkuk di atas lantai karena perbuatan yang telah ia lakukan di kamar Galen.
Vio mendapati gadis itu menggeret koper hendak melarikan diri setelah mengobrak-abrik kamar tuan rumah. Betapa tidak sopannya anak kecil ini.
Galen bersedekap merasa ada yang salah dengan gadis ini.
Gadis di sampingnya menjadi tidak nyaman atas konflik keluarga yang tengah menimpa Galen dan sepupunya.
Padahal, ia datang ke sini untuk menyusahkan hari Galen.
"Ayra."
Gadis itu tidak menjawab. Ia memeluk erat kedua lututnya dengan badan gemetar.
"Ayra, tatap gue kalo gue lagi ngomong."
Ayra tersentak lalu menengadahkan kepalanya dengan perlahan untuk melihat Galen. Matanya berkaca-kaca, ia terlihat begitu ketakutan saat melihat mata Galen yang menusuk Ayra tanpa kata.
"I-iya."
Anin menjadi semakin kasihan kepada Ayra. Ia pernah berada dalam posisi tersebut. Ketakutan dan rasa gelisah yang tak kunjung padam sampai saat ini.
"Apa yang udah lo lakuin kemarin?"
Ayra menggelengkan kepala seraya menangis tersedu-sedu di depan Galen. Ia benar-benar merasa takut.
"Itu bukan g-gue," jawabnya terbata-bata.
"Lo tahu dua hal yang paling gue benci di dunia?"
Gadis itu menggeleng pelan merasa tidak tahu.
"Papa lo dan pembohong."
"Galen, gue gak ada maksud apa-apa," kata Ayra membela diri.
"Gak ada maksud tapi sampe bongkar brangkas gue? Terus lo lakuin tanpa alasan?"
"Gue—" Ia tidak bisa meneruskan kalimatnya karena kesulitan mencari alasan.
"Gue kecewa sama lo, Ayra."
"Gue udah nampung lo disini, ngasih perlindungan, tapi apa yang gue dapet?"
"Pengkhianatan dari lo cuma untuk mengambil hati papa lo yang gak beradab!"
"Galen, gue punya alasan sendiri untuk itu!"
"Gue gak mau denger. Pergi lo dari rumah gue. Gue gak sudi nerima orang gak tahu diri kayak lo."
Ayra segera menangkap kaki Galen berharap pria itu tidak mengusirnya.
"Kasih gue satu kesempatan terakhir."
Galen menghentakan kakinya cukup kasar membuat Ayra terhuyung di atas lantai.
"Gue gak peduli," kata Galen lalu menarik tangan Anin agar segera pergi dari ruang tengah kediaman Daniar.
Vio menghela napas cukup panjang merasa kasihan dengan keberadaan gadis di depannya.
Setidaknya, gadis itu tidak berbohong saat ia mengatakan jika ia memiliki alasan lain untuk menyabotase posisi Galen sebagai pemegang saham tertinggi di perusahaan milik keluarga mereka.
"Galen sebenernya udah kasih lo satu kesempatan terakhir."
"Tapi sayangnya, lo gak melihat sisi baik dari Galen yang membiarkan lo kabur karena alasan kucing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...