62. Sick

2.8K 361 25
                                    

**

Galen terus menunduk sepanjang acara penutupan. Ia lebih banyak diam daripada saat ia datang.

Kepalanya terasa berputar meski Galen sempat mengabaikan rasa sakit yang berasal dari bagian kepala dan punggungnya yang masih cedera akibat kecelakaan.

Benar kata Jaden. Ada luka yang tak terlihat dan itu ada pada bagian punggung Galen. Jika saja ia berdiri tanpa kemejanya, balutan perban akan terpampang nyata di sekitar punggung Galen.

Pria itu melarikan diri dari rumah sakit hanya karena ingin mewujudkan salah satu wish kecil yang diharapkan oleh Anin. Galen sangat ingin mewujudkannya, karena itulah ia datang menjemput Anin.

Aciel dan Jordi tengah heboh menyoraki Jaden yang tengah melakukan speech untuk menutup acara perayaan ulang tahun yang berlangsung meriah dan lancar.

Kania yang selalu menjadikan Galen sebagai prioritasnya, mendekati pria yang kini tengah bersandar di salah satu pilar aula terdekat.

"Galen."

Pria itu mengangkat wajahnya dan mendapati Kania sudah berdiri di hadapan Galen. Kania mengulurkan tangan, memeriksa suhu badan Galen. Wajah pria itu terlihat sedikit pucat.

Namun, Galen tersentak kaget membuat Kania kembali menarik tangannya sebelum ia sampai menyentuh dahi Galen.

"Maaf, Galen. Aku cuma khawatir. Kamu lagi sakit, 'kan?" tanya Kania seraya memberikan seluruh perhatiannya kepada Galen.

"Gue gapapa," jawab Galen pelan.

Kania menggeleng tidak setuju. Ia memberanikan diri untuk memegang lengan Galen yang berada di kedua sisi badannya.

"No! Aku tahu kamu lagi sakit. Kenapa maksain dateng sih? Ayo, aku anterin kamu ke rumah sakit."

Galen bergeming di tempat. Pria itu menatap Kania dengan datar.

"Gue udah bilang kalo gue gapapa, Kania." Tangannya bergerak, menggeser tangan Kania yang semula bertengger di lengan kirinya. "Lo gak perlu khawatir. Gue bisa jaga diri."

Kania menunduk sedih. Ia tidak menyangka jika Galen akan memperlakukannya seperti orang asing. Galen terlalu membatasi diri. Padahal, ia tidak keberatan apabila Galen hanya memperlakukan dirinya sebagai teman.

Dari kejauhan, Gabriel mengepalkan tangan cukup kuat saat melihat raut sedih yang begitu jelas terpancar dari wajah saudarinya.

Galen benar-benar keterlaluan dalam memperlakukan Kania. Padahal, gadis itu hanya sekedar menunjukkan perhatian kecilnya kepada Galen. Bagaimana pun kedua pernah saling memiliki rasa satu sama lain. Apakah Galen terlalu dibutakan oleh perasaannya terhadap gadis yang kini tengah tertawa bersama Aciel dan yang lain?

Gabriel tidak bisa membiarkan hal ini berlarut-larut. Waktu mereka tidaklah banyak. Sedangkan, tujuan kedatangan Gabriel ke Indonesia adalah semata-mata ingin menjadi pendukung Kania agar bisa berbaikan dengan Galen.

Gadis itu telah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melanggar peraturan keluarganya. Ia dengan sukarela melepaskan cinta dan sahabatnya demi pendidikan. Dan saat ini ia telah kembali untuk berbaur kembali ke dalam masa indah itu.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang