57. Danger!

2.6K 330 17
                                    

**

Clara mulai merasa khawatir saat ia menyadari bahwa mereka telah berlari cukup jauh meninggalkan keramaian yang semula menjadi armor sementara sampai Galen menemukan mereka berdua.

Ia bertumpu pada lututnya, berusaha mengembalikan napas yang telah terbuang terlalu banyak.

"Ayo, Clara. Masih belum jauh."

"Capek, Nin. Nanti dulu," balas Clara merasa tidak kuat lagi untuk berjalan. Mau sejauh mana mereka melarikan diri? Tidakkah temannya itu berlebihan jika hanya ingin sekedar menghindari Galen? Mereka bisa bersembunyi di tempat tak terlihat, tidak perlu berlari sampai titik ini.

Anin merasa kasihan dengan temannya yang kelelahan. Kepalanya berputar mencari tempat istirahat terdekat. Ia juga haus dan memerlukan stok air untuk dahaganya yang mulai kekeringan.

Sejauh penglihatan Anin, ia tidak melihat ada warung atau kedai di sekelilingnya melainkan reruntuhan bangunan tua yang sudah lama ditinggalkan sang pemilik.

"Ini tempat apa, ya? Mewah tapi kayak kota mati."

Beberapa bangunan itu terlihat sangat elegan dan unik. Hal yang membuat seluruh pandangan terpesona saat memandanginya.

Namun, kini bangunan yang Anin perkirakan sudah lebih dari lima tahun itu terlihat kumuh karena tertutupi jamur dan sebagian telah runtuh entah karena alasan apa. Ia tidak mengenal daerah ini.

Ia hanya mengajak Clara untuk melarikan diri dari keramaian taman juga bersembunyi dari Galen. Pria itu pasti akan menculiknya lagi dan menyuruh Anin yang tidak-tidak.

Siapa yang menyangka jika di balik taman kota yang penuh dengan keindahan menyuguhkan kota seram di belakangnya.

"Ra, lanjut gak nih?" tanya Anin berdiri tegak di depan Clara yang terduduk di bawah salah satu pohon di pinggir jalan.

"Lima menit lagi deh, Nin. Aku capek banget soalnya."

Gadis itu mengangguk, memaklumi bahwa ternyata ia memang lebih kuat dari sahabatnya itu.

Dengan sigap dan siaga, Anin tetap berdiri seraya memperhatikan sekitar. Takut akan ada sesuatu yang akan menyusahkan mereka nanti.

Lima menit yang Clara minta telah berakhir. Gadis itu langsung berbalik seakan menagih janjinya kepada Clara agar cepat berdiri dan kembali berjalan bersamanya.

Menurut Anin sendiri tempat ini tidak aman untuk mereka. Karena itulah, semakin cepat beranjak, semakin bagus untuk mereka.

"Ay—"

Mulutnya bungkam, tidak jadi mengeluarkan sepatah kata pun pada Clara. Kakinya sedikit terhuyung mundur saking terkejutnya ia melihat seorang pria telah berdiri di sebelah Clara.

"Clara, Lo—"

Anin ingin sekali mengumpati sahabatnya dengan nada yang paling kencang agar membuat gadis itu sadar bahwa keputusan yang ia buat adalah salah.

Tetapi, pria tinggi itu kini tengah mengintimidasi dirinya dengan tatapan paling tajam. Tatapan yang tidak pernah Anin dapatkan sebelumnya meski ia tahu, pria itu memang selalu jahat kepada orang lain.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang