27. Alert

3K 286 14
                                    

Vous Me Voyez

***

Anin memegang perutnya yang mulai bergemuruh. Mereka bersuara seakan tengah berdemo menuntut haknya detik itu juga.

Ia tidak sarapan dengan benar dan harus melewatkan jam makan siang karena pria menyebalkan yang mengawasi Anin tiap waktu. Padahal, Anin lah yang bermaksud untuk menjadi pengacau hidupnya. Mengapa jadi pria itu yang mengacaukan hidupnya?

Ia menatap ke arah pintu kelas dengan lirih. Berharap Sherly segera datang membawa pesanannya.

"Laper banget. Kok Sherly lama, ya?"

Sekali lagi ia menatap jam dinding di atas papan tulis.

Pukul setengah sebelas siang, masih ada setengah jam lagi sebelum bel masuk berbunyi. Anin memikirkan cara agar ia tidak berpapasan dengan Galen. Pria itu sudah terlalu banyak mengetahui kelemahan Anin. Ia jadi ciut jika harus berhadapan dengan Galen saat ini.

Anin melangkahkan kakinya ke pintu kelas. Ia berjalan mengendap-endap seakan tengah mengawasi sesuatu.

Di saat merasa aman, Anin menjulurkan kaki kanannya terlebih dahulu lalu kemudian melangkah ke arah kantin.

"Dia pasti udah balik ke kelasnya," celoteh Anin pada dirinya sendiri.

Belum sempat ia melangkah menjauhi kelas, seorang murid bertabrakan dengannya saat berbelok dari arah yang berbeda.

"Aduh, maaf!"

Anin menundukkan kepala meminta maaf kepada murid yang ia tabrak.

Merasa tidak mendapatkan respon apapun, kepalanya menengadah dengan perlahan.

Sesaat kakinya membeku, jantungnya berdebar cukup keras lalu keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya.

Dia bukan murid biasa. Pria itu adalah Haikal. Orang yang telah mengancam dirinya agar tidak banyak bertingkah di Adara. Musuh kakaknya, Darel.

Akhir-akhir ini, pria itu memang tidak terlihat, tetapi Anin tetap merasa harus mewaspadainya karena sudah dua kali, ia hampir celaka karena Haikal.

"Kenapa? Takut?" desis Haikal menatap sinis Anin.

"Gak usah deket-deket!" cegah Anin saat pria itu hendak melangkahkan kaki.

"Katanya jagoan. Kok gemeter?"

Sekali lagi, pria itu memancing keberanian Anin. Tetapi, saat ini ia sedang berada dalam titik terendah ketakutannya setelah beberapa waktu tergoncang oleh sesuatu yang tak ia harapkan.

Dengan penuh kehati-hatian, ia menggeser tubuhnya lalu mendorong bahu Haikal agar memberikan jalan kepadanya. Secepat mungkin ia berlarian di koridor, melarikan diri dari musuh. Setidaknya, hanya untuk saat ini sebelum ia kembali pada kepercayaan dirinya semula.

"Hn, kabur."

Anin terus berlari mengitari koridor kelas sepuluh. Meski terengah-engah ia harus tetap berlari karena terlalu malas berurusan dengan kakak kelasnya yang satu itu

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang