***Anin menundukkan kepala, duduk terdiam di atas salah satu bebatuan yang menghiasi lapangan balap. Meski ia sering datang kemari, bukan berarti Anin hafal wilayah ini. Ia hanya sembarangan duduk saat menemukan tempat sepi.
"Gue bodoh banget. Kenapa gue dateng tanpa mikir panjang sih?"
"Udah tahu yang ngabarin musuh seumur idup gue, malah dateng pake acara khawatir segala? Emang kalo udah cinta, semuanya bisa jadi buta, ya?"
"Dimana letak kepintaran lo, Anin?"
"Si Galen juga kenapa malah ikut bentak gue kayak gitu? Dia lebih milih mantan ceweknya daripada gue. Sebel banget," kata Anin sembari menangis terisak.
"Kok gue kesel, ya?"
Kakinya menendang-nendang bebatuan yang ada di depannya. Ia tidak boleh menangis terlalu lama meski hatinya merasa begitu kesal dengan Galen.
Hal itu tak seberapa dengan rasa kesalnya terhadap Aciel. Aciel memang membohongi Anin, tetapi Galen yang terlihat membela gadis itu membuat Anin merasa lebih buruk.
Ia mengusap sisa air mata yang telah membasahi pipi putihnya.
"Lo disini," kata pria itu berdiri di hadapan Anin.
Kepala Anin menengadah untuk melihat pria yang begitu ia kenal dari nada suaranya.
"Bangun."
Anin malah menatapnya dengan sinis dan tidak suka. Bisa-bisanya pria itu malah memberikan perintah di tengah kekesalan yang Anin rasakan.
Pria itu terdengar berdecak pelan lalu ikut duduk di sebelah Anin. Anin yang merasa risih menggeser posisinya dengan cepat agar tidak berhimpitan.
Gadis itu memilih untuk membuang wajahnya. Tangannya menjadi tidak tenang dan terus melemparkan bebatuan secara sembarang.
"Awas kena orang lain," kata pria itu kembali memperingati Anin.
"Larang aja terus!" ketusnya, seperti telah berbuih dan berasap.
"Gue cuma ngingetin."
Hening.
Tak ada yang berbicara di antara keduanya. Baik Galen ataupun Anin, mereka sama-sama terdiam di tempatnya.
Anin bisa merasakan betapa dinginnya angin malam di wilayah balapan ini. Dan rasa itu kembali menghujam kulitnya yang begitu tipis.
Padahal, Anin sudah mengenakan pakaian hangat. Ia telah mengantisipasi udara malam yang begitu menyakitkan di tempat ini.
"Gue anter lo pulang, udah malem."
"Enggak usah ngerepotin diri sendiri demi gue," balas Anin sengit. Masih kental dalam ingatannya jika pria itu sangatlah menyebalkan.
"Gue maksa lo kalo begitu."
"Emang selalu maksa, 'kan?" Akhirnya Anin membalas tatapan Galen yang begitu datar itu.
"Gue mau dianter pulang sama Jordi," ucapnya tidak mau dibantah.
Kening Galen terlihat mengerut merasa tidak suka dengan apa yang baru saja gadis itu ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...