**
"Udah mendingan?"
Anin menerima segelas minuman hangat yang Galen bawakan dari dapur pusat milik panitia. Pria itu berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain mengambilkan minum untuk Anin. Hanya untuk Anin. Catat.
Gadis yang terduduk di depan tendanya menerima dengan hati-hati air hangat dari Galen.
"Sedikit. Kok gue pusing, ya?"
"By the way, thanks minumnya."
Galen berjongkok di depan Anin. Menarik dagu gadis itu agar melihat ke arah matanya. Kemudian, ia meletakkan telapak tangan bagian belakang pada dahi Anin, mengecek suhu badan gadis di depannya.
"Kurang tidur," kata Galen seraya menyelipkan helaian rambut yang menghalangi wajah Anin.
Anin terlihat menatap Galen dengan aneh membuat pria itu berbalik menatapnya karena bingung.
"Kenapa ngeliatin gue kayak gitu?"
Sebelum menjawab pertanyaan yang Anin yakin akan sangat melelahkan baginya, ia menyeruput air hangat yang Galen bawakan terlebih dahulu. Itung-itung, ia melakukan pemanasan pada mulutnya sebelum berbicara.
"Lo kenapa gak menyadarkan diri gue lebih awal?"
"Gue gak tahu caranya," kekeh Galen merasa pertanyaan Anin sangatlah aneh.
"Tapi tadi lo bisa bikin gue sadar."
Galen kembali memandangi Anin yang mengerucutkan bibirnya ke depan, entah karena gadis itu tengah kesal atau hanya merasa penasaran terhadapnya.
"Semalem, kita sama-sama kacau. Gue gak punya keberanian untuk bikin lo sadar dan gue gak tahu kalo pelukan gue ternyata sangat ampuh sampe bikin lo sadar."
Sudut bibir Galen sedikit terangkat saat ia mengakhiri penjelasannya lalu melirik ke arah Anin, menunggu reaksi dari gadis tersebut.
Anin tidak bisa mengelak. Ia juga masih memikirkan bagaimana bisa Galen melenyapkan kesadaran diri Anin dengan satu kali pelukan?
Padahal, tak ada seorang pun yang dapat mengembalikan Anin kecuali ia sendiri.
"Itu—"
Ia terlihat ragu untuk menjawab. Karena memang Anin sendiri tidak tahu apa yang telah terjadi kepada dirinya.
".... Itu pasti karena lo manggil nama gue aja," lanjutnya berusaha melenyapkan satu fakta aneh yang tidak mau ia percaya.
"Hmm?" Galen terlihat memperlihatkan smirk tipisnya lalu terduduk di sebelah Anin.
"Gue udah manggil lo sebanyak mungkin sebelum ke acara peluk-memeluk. Apa itu bisa di jadiin referensi untuk mematahkan teori liar lo?" tanya Galen dengan seringainya. Pria itu merasa menang.
Astaga!
Anin melirik tajam ke arah Galen yang terlihat sangat bahagia bisa menjeratnya dalam satu kalimat yang ia lontarkan.
"Tapi gue yakin itu bukan karena pelukan lo doang, Galen," protes Anin masih tidak mau menerima fakta.
"Terima aja kebenarannya," balas Galen seraya mengeluarkan ponselnya. Sedari tadi, ponsel Galen terus bergetar di dalam saku yang diabaikan oleh pria tersebut karena harus mengurusi Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...