86. Change

2.5K 358 56
                                    



***

Ia terlalu mengantuk hanya untuk sekedar mengikuti acara makan malam bersama kedua orang tua Anin yang sepertinya akan segera kembali ke Berlin besok atau lusa.

Namun, sebagai anak yang baik dan menjadi contoh serta panutan di depan kakaknya yang berandal itu, Anin harus kuat dan datang sebagai orang yang pertama kali duduk di meja makan.

"Kebanyakan tidur, ya?" kekeh Risa menggoda Anin yang tengah menyandarkan kepalanya di atas meja. Risa menuangkan air putih ke dalam beberapa gelas kosong yang telah tersedia di atas meja makan.

"Tadi cuma tidur satu jam aja padahal, nanggung ya?" keluhnya terus menguap menunggu jam makan malam tiba.

"Kenapa tadi malah tidur, Nin? Harusnya tahan sampe jam makan," tanggap Risa masih menjawab celotehan nona mudanya.

Belum sempat menjawab, Darel sudah terlebih dulu menarik kursi dan mengacak-acak rambut Anin membuat gadis itu terbangun dari posisi tidurnya.

"Darel!"

"Rambut gue, ish!"

Pria itu hanya terkekeh pelan menertawakan raut kesal sang adik. Jika dipikirkan kembali, sudah lama ia tidak berinteraksi seperti ini dengan Anin karena kesibukan yang melanda dirinya yang terlalu overdosis.

"Itu sih dianya aja yang gak tahu waktu. Tidur kok sore-sore. Nanti jadi orang gila loh," tanggap Darel yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka saat ia berjalan sampai kursinya.

"Risa, tolong minuman gue," kata Darel meminta Risa mengambil soda untuknya.

Risa mengangguk lalu berjalan ke arah dapur bersih untuk mengambil minuman pendamping makan malam Darel di dalam lemari es.

"Ada Mama, berani banget minum soda."

"Kenapa emang? Gue udah dewasa. Mama gak berhak buat ngatur makanan gue," balas Darel seraya memakan satu tempe yang telah tersedia di depannya.

Tak!

Anin memukul kakaknya cukup keras.

"Gak sopan! Papa sama mama belum juga turun."

"Heh, anak kecil! Kalo lo gak buka mulut, papa sama mama gak bakal tahu!"

Anin melirik tajam ke arah kakaknya yang sepertinya setiap hari semakin sadis terhadap adik kandungnya sendiri.

"Keras kepala banget kalo dibilangin."

Di sisi lain, ia juga merasa senang karena masih bisa berinteraksi dengan Darel. Beberapa hari ini ia terlalu sibuk dengan Galen dan teman-temannya sampai jarang bertemu dengan Darel yang juga disibukkan oleh tugas anak pertama yang sudah mulai membebani Darel.

Pria itu sudah mulai terjun sebagai CEO magang, yang dibimbing langsung oleh Ilham untuk segala sesuatu urusan yang berkaitan dengan perusahaan Basupati di dalam negeri.

"Rel," panggil Anin pelan. Ia teringat sesuatu yang mengganjal pikirannya meski memutuskan untuk tidur tadi sore.

"Apa?" balas Darel sudah tidak mempermasalahkan panggilan Anin terhadapnya.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang