***
"Anin! Jawab gue!"
Anin memainkan jemarinya merasa kalut karena dimarahi oleh kakaknya sendiri.
Ia begitu terkejut saat Galen membawanya pulang dan menceritakan pembullyan Anin kepada Darel. Ia tak menyangka jika Galen akan senekat itu melaporkan kemalangan yang Anin terima.
Mungkin, efek terburuk yang akan ia terima adalah kembali menjadi orang asing di Berlin.
"Lo kenapa sih jadi kayak gini?" tanya Darel sekali lagi. "Haikal udah bikin lo hampir mati dan lo gak bilang apa-apa sama gue?"
"Maaf, Darel," lirihnya tak berani menatap sang kakak. Bagaimanapun, selain ayahnya, Darel adalah orang yang Anin takuti saat pria itu marah besar.
"Maaf? Cuma maaf yang lo bilang?"
Bugh!
Darel menendang kursi yang ada di hadapannya begitu kencang."Kalo Galen gak ngomong sama gue soal permasalahan ini, mau nunggu sampe kapan, Anin? Mau nunggu lo gue tangisin pas udah jadi jenazah?"
Ia meremas rambutnya kasar, merasa teramat kesal dengan keadaan adiknya yang tidak Darel ketahui.
Beberapa saat lalu-
Galen menghubungi Darel, menanyakan keberadaannya.
Kebetulan sekali, Darel sudah ada di rumah karena berniat untuk berganti baju dan mempersiapkan peralatan futsalnya.
Saat Galen tiba, adiknya menjadi sangat diam dan tidak mau menatap Darel. Gadis itu terlihat kebingungan seakan tidak tahu harus kemana dan berkata apa.
Darel kira, keduanya tengah terlibat pertikaian yang mengharuskan Darel menjadi wasitnya.
Ternyata ia salah duga. Sesuatu menggelitik otak sekaligus mengguncang dunianya.
"Soal Haikal yang lo tanya kemaren. Dia udah ngebully adik lo."
Darel terkejut dengan mata sedikit terbuka. "Apa?"
Galen melanjutkan beberapa poin gangguan yang Anin dapatkan selama di Adara.
"Brengsek!"
"Jadi, saat lo bilang ada bom di tas lo, itu juga ulah dia?"
Anin terdiam. Mendadak ia tak memiliki nyali saat keduanya mulai membicarakan kelemahan Anin.
"ANIN!"
"Lo gak perlu bentak dia," kata Galen mencegah kemarahan Darel. Bagaimanapun juga ia tak suka melihat gadis itu dimarahi meski oleh kakak kandungnya sendiri.
"Jawab gue kalo lo masih punya mulut sama kuping."
"I-iya."
Astaga!
Rasanya kepala Darel ingin meledak saat ini juga. Ia tidak mengerti apa yang telah menyebabkan adiknya menjadi bisu dan buta atas kejadian yang menyulitkan dirinya selama di sekolah."Terus bagian pentingnya, semua pembullyan yang Anin dapat, bermula dari konflik lo sama Haikal."
"Gue?" tunjuk Darel kepada diri sendiri. "Gue gak kenal sama cowok itu."
Galen mengangguk setuju. "Tapi, harusnya lo kenal sama cewek yang namanya Hanum."
Pria itu terlihat memutar otaknya, mengingat nama yang Galen sebutkan.
"Hanum. Hanum. Hanum, mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...