102. Your Wish

2.2K 236 78
                                    

Happy Reading!

***

"Capek?" tanya Galen begitu melihat Anin terlihat kesulitan mengatur napasnya.

Bagaimana tidak?

Gadis itu sangat hiperaktif berlarian ke sana-kemari seakan tak ada hari esok untuk menikmati tanggal merah di kalender. Galen hanya bisa mengikutinya dari belakang tanpa banyak memberikan interupsi yang sepadan.

Pria itu telah berjanji akan mengabulkan keinginan Anin seharian.

Anin menggeleng pelan.

"Belum, cuma haus aja," jawabnya mengelak.

Galen menarik napasnya cukup dalam. Tangan Galen terulur ke depan, mengusap pelipis Anin yang berkeringat.

"Kalo capek, kita istirahat. Jangan maksain diri, lo baru keluar dari rumah sakit."

Bukannya mendorong tangan Galen untuk menjauh, gadis itu malah ikut menggenggam tangan Galen yang masih betah berada di pelipis Anin. Anin tersenyum sambil menatap Galen.

"Kapan lagi bisa dimanjain kayak gini sama lo?"

"Lo bisa manja kapanpun lo mau sama gue, Anin."

Anin menggeleng, "Kalo lo lagi kumat, paling cuma bisa ngajak berantem seharian."

Mau tak mau, bibir Galen terangkat ke atas. Gadis di depannya terlihat sangat berbeda dengan figure yang Galen lihat di sekolah.

"Gak akan. Gue janji."

Anin mendengus seraya mengalihkan pandangannya ke arah jalan setapak yang hampir akan ia lewati jika Galen tidak menghentikan dirinya tadi.

"Jangan pernah kasih janji kalo lo gak bisa nepatin."

"Anin, -"

Galen tersentak dengan pernyataan kekasihnya. Meski Galen hanya menebak dan memberikan asumsi, ia merasa ada yang aneh dari Anin saat ini.

Anin kembali memandang ke arah Galen. Tatapannya sedikit berubah menjadi sendu. Tetapi, gadis itu terlihat menahan diri untuk tidak menunjukkan kesedihannya.

"Gue hanya memanfaatkan waktu yang ada Galen. Gak tahu kalo besok. Bisa jadi ... lo udah gak ada di sebelah gue."

Tanpa berbicara panjang lebar pun, keduanya telah memahami situasi terkini. Anin yang mengkhawatirkan kepergian Galen dan Galen yang merasa bersalah karena belum mengatakan apapun tentang kepergiannya.

"Gue pengen liat lo balapan," kata Anin pelan. "Kira-kira ada jadwal tanding gak malam ini?"

Sekali lagi Galen terlihat bingung. Tidak biasanya Anin menginginkan dirinya beradu aksi di lapangan dengan sepeda motor. Satu hal yang sedikit gadis itu tidak sukai dari Galen.

Namun, jika Galen kembali mengingat alasan mengapa keinginan random itu keluar dari mulut Anin.

"Ada," jawab Galen dengan seluruh kesabaran yang ia coba ke depankan demi menjaga senyuman indah dari bibir Anin.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang