"Lo tahu gue, 'kan?"
"Kalo lo gak pernah bisa bohong di depan gue."
Sama seperti sebelumnya, gadis itu hanya menunjukkan deretan giginya yang rata menanggapi tuduhan dari Aldi. Anin bisa apa jika orang yang kini tengah melacak kejadian yang menimpanya adalah seorang mantan ketua komisi disiplin paling terkenal sejagat Treksa.
Pria itu memiliki intuisi tajam karena otaknya terlalu sering digunakan untuk menerka dan memecahkan masalah kenakalan murid Treksa.
"Gue diem, Kak," kata Anin dengan pasrah.
Aldi bersedekap memandang Anin dengan datar.
"Dua pertanyaan dari gue."
"Satu aja, Kak. Banyak banget."
"Empat pertanyaan."
"Eh, gak. Dua aja, iya dua."
Anin berdengus kesal melihat Aldi memulai mengorek dirinya dengan cara yang biasa pria itu gunakan untuk mengintimidasi murid secara tak kasat mata agar berkata jujur.
"Pertama, siapa yang ketemu sama lo sebelum gue, sampe kepala lo luka kayak gitu?"
"Itu termasuk langsung rangkap dua pertanyaan gak sih?"
"Anin jawab aja," tegur Aldi mulai kesal.
"Ketemu sama Gabriel. Kepala gue kejedot makanya luka."
Anin tidak sepenuhnya berbohong meski ia menabrak dinding bukan karena unsur ketidaksengajaan.
"Gabriel?" Aldi belum pernah mendengar nama pria yang satu ini. Ia sempat mendengar beberapa orang yang terlibat dalam kehidupan adiknya selama di sekolah tetapi nama ini terdengar asing di telinga Aldi.
Anin mengangguk pelan seraya memainkan selimut yang kini menutupi kakinya sampai perut.
"Kenapa lo bisa ada di rumah sakit?"
Ini dia. Anin tertegun dengan pertanyaan yang sepertinya harus Anin pikirkan jangka panjang sampai mendapatkan jawaban yang tepat. Jika ia salah menjawab, bukan hanya Aldi yang akan mengepung Anin seperti ini. Tetapi pria yang juga tengah terbaring di ruang sebelah.
"Check up," jawab Anin memilih mengorbankan data kesehatan pribadinya. Lagipula, pria di depannya adalah Aldi, jadi Anin tidak perlu terlalu mengkhawatirkan masalah kebocoran informasi.
"Berapa persen kemungkinan sembuh?"
Anin terlihat berpikir kembali, menghitung prediksi kesembuhan kesehatan mental Anin. Meski terlihat tidak pasti, Anin tetap harus bisa menjawab. Karena dengan menjawab, Aldi bisa memastikan bahwa Anin masih memiliki keinginan untuk sembuh.
"Half," jawab Anin sedikit ragu. Ia tidak terlalu mendengarkan saat dokter yang ia temui bersama Caroline menjelaskan tentang keadaannya sendiri.
"Jangan keseringan main di luar, Nin," tutur Aldi seraya mengusap pelan kepala adik perempuan Darel yang juga ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri.
"Lo harus yakin dengan diri lo sendiri. Jangan mau dikendalikan orang lain yang bahkan cuma wujud lain dari emosional lo sendiri."
"Tentang itu ... gue udah berusaha, Kak. Gue juga enggak mau menimbulkan masalah yang menyebabkan kurungan terhadap semua kebebasan yang gue punya."
"Right. Lo itu adik gue dan Darel. Darah Basupati mengalir dalam diri lo. Jadi, enggak ada cerita tentang menjadi lemah."
"Waktu itu lo cuma anak kecil, lo masih belum bisa berpikir jernih sampe ngebiarin sosok lain nguasain lo dengan sukarela. Itu gak boleh terjadi lagi," lanjut Aldi yang sepertinya sudah tahu terlalu jauh tentang Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...