Selamat Membaca
Revisi Juni 2023
****
Anin memasuki salah satu bus yang berjejer di parkiran Adara sembari menenteng sebuah kotak berisi peralatan untuk melukis. Hari ini, kelas sepuluh akan melakukan perjalanan di luar kelas. Mereka akan mengunjungi sebuah tempat yang bisa membuat imajinasi murid Adara terbuka lebih luas.
Adara menerapkan sistem pembelajaran seperti ini sejak seorang guru seni yang pernah mengajar di salah satu high school di salah satu kota negara Adidaya itu mendaftarkan diri untuk mengajar di Adara.
Dalam pandangannya, sistem pembelajaran di kelas untuk mata pelajaran seni terbilang kurang menarik dan tidak memiliki banyak atensi dari murid. Seni sendiri adalah bentuk kebebasan berekspresi bukan hanya sekedar mengajarkan teori. Guru tersebut lebih senang membuat kelas seni menjadi hidup, salah satunya dengan mengunjungi banyak museum untuk pembelajaran di luar kelas.
Kepala sekolah melakukan approve atas usulan tersebut dan diresmikan sejak tahun 2018. Semua kelas sepuluh diwajibkan mengikuti kunjungan bersama seorang guru yang dikenal dengan nama Pram.
Ini bukan kali pertama Anin mengikuti pelajaran luar kelas seperti ini. Selama ia tinggal di Berlin, sekolahnya memang memiliki sistem yang belum lama ini diterapkan di Adara.
Ia baru saja keluar dari rumah sakit tetapi menjadi orang yang paling bersemangat untuk mengikuti kegiatan sekolah. Padahal, Adara sudah memberikan Anin izin untuk menebusnya dengan essay yang bisa ia kerjakan di rumah.
Ia memasuki bus lalu kepalanya bergerak mencari kursi untuk duduk. Sherly menyadari kehadiran Anin, segera menarik gadis itu untuk duduk di sebelah Sherly. Jujur, Sherly tidak suka berbagi kursi. Ia menyediakan tempat untuk Anin saja.
Anin tersenyum lalu menduduki kursi yang telah Sherly berikan untuknya sambil menggumamkan terimakasih.
"Udah sembuh?" tanya Sherly begitu Anin duduk.
"Udah," jawabnya sembari menaruh peralatan miliknya dengan hati-hati.
Sherly memperhatikan dalam diam. "Sakit apa?"
Sebenarnya ia tidak memiliki niat untuk memperdalam informasi, hanya saja kalimat tersebut meluncur begitu saja dari mulutnya mewarnai percakapan.
Anin menghentikan kegiatannya lalu menatap Sherly dengan serius.
"Cuma demam."
"Demam? Sampe gak masuk tiga hari."
"Anin mengangguk pelan. "Orang tua gue cukup strict kalo denger anak bungsunya sakit. Harus dibanyakin istirahat daripada masuk sekolah."
Otomatis, jawaban Anin membuat Sherly mengangguk pelan. Ia mewajarkan jika ada case yang dialami Anin. Ia memiliki background keluarga yang cukup mirip dengan Anin dimana orang tua seperti itu memanglah ada. Memanjakan sang anak dan merasakan kekhawatiran yang berlebihan sehingga tanpa sadar membuat mereka mengurung sang anak dalam ratusan peraturan yang mengikat.
Anin melirik ke arah Sherly melalui ekor matanya, tanpa sadar ia menghela napas lega karena saat ini gadis di sebelahnya itu telah sibuk dengan ponsel dan mengakhiri pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...