31. Alasan

2.9K 301 18
                                    


Anin mengusap lengannya beberapa kali merasakan udara dingin yang melewati badan kurusnya.

Ia terdampar di antara para pecinta motor balap di tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya.

Pria-pria itu menjadi gila sesaat setelah mendengar seseorang memberikan tantangan kepada mereka. Anin menjadi pusing sendiri karena terjebak dalam zona paling tidak nyamannya.

Ia masih mengenakan seragam Adara, begitupun dengan yang lain. Kehadiran Jaden menjadi penyebab kedatangan mereka ke zona yang mereka sebut dengan Zero. Wilayah khusus pecinta aksi balap yang bebas aturan.

Ia menatap Aciel yang tengah sibuk mengecek motor yang sepertinya akan ia gunakan untuk berlaga di lapangan. Anin mendekat, karena ia mulai merasa bosan. Mau pulang pun tak ada yang mau mengantar.

"Lo ikut balapan?"

Aciel menengadah ke arah suara yang mengajaknya berbicara. "Yoi! Lo harus jadi cheerleader nanti."

"Idih! Gak mau!"

"Gak mau mulu lo kalo gue kasih tahu. Setidaknya, buat diri lo berguna di dalam squad kita."

"Gue gak pernah bilang kalo gue mau masuk ke dalam squad lo, ya."

Aciel menggelengkan kepalanya menolak penolakan yang Anin ajukan kepadanya. "Untuk saat ini, gak ada opsi nolak dari lo."

"Heran gue sama kalian. Untungnya apa sih masukin gue ke grup kalian? Gue gak ngerti tentang balapan!"

Aciel tersenyum kecil, gadis itu memang terlalu polos dan blak-blakan. Padahal, yang menyeretnya masuk ke dalam squad adalah mantan kekasihnya sendiri.

Pria itu tidak ingin melihat Anin menjadi sasaran pembullyan di Adara. Melalui Jaden sebagai juru bicara mereka, Galen bersembunyi di balik bayangan.

"Udah, lo terima aja nasib buruk lo itu, ya. Asal jangan membuat kesialan. Gue mau tanding soalnya."

"Semoga lo kalah, ya."

"ANABELLE!"

Anin berlarian kecil menghindari amukan Aciel. Senang sekali rasanya bisa menggangu pria paling mungil di antara teman-temannya.

Tanpa sadar, ia berlari terlalu jauh dari kerumunan teman-temannya hingga menabrak salah satu pria tinggi yang sangat ia kenali.

Senyumnya menghilang, saat ia tahu jika pria itu tengah bersama gadis lain yang Anin rasa pernah melihatnya di tempat ini, dulu.

"Suka banget nabrak gue."

"Gue gak sengaja," ketus Anin. Matanya terus melirik ke arah gadis dengan pakaian minim di sebelah Galen.

"Jangan jauh-jauh. Nanti ujung-ujungnya nyusahin orang lain."

Sontak napas Anin bergemuruh. Ia tak terima di hina di depan gadis lain sebagai orang yang suka menyusahkan orang lain.

"Kalo gak mau susah, gak usah ikut campur. Beres."

Ia berjalan menerobos jalan di antara Galen dan Grace tanpa melihat lagi ke belakang. Gadis itu marah, terlihat sekali di mata Galen.

"Kalian lagi berantem?"

Galen terdiam lalu tersenyum kecil yang Grace artikan sebagai jawaban iya.

"Lo bujuk dia deh. Cewek kalo lagi marah suka nekat ngelakuin apapun meski itu hal yang berbahaya."

"Kayak lo, gitu?"

"Eh?"

Pipi Grace merona, pria ini selalu terlihat mempesona dilihat dari bagian manapun. Bahkan, hanya dengan mendengar suaranya mampu membuat jantung Grace berdegup lebih kencang.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang