42. Kania

2.7K 302 19
                                    


Darel terus mengompori adiknya sendiri di pagi buta dengan mengatakan jika gadis itu akan segera minggat dari rumahnya sesegera mungkin.

Tentu saja hal itu membuat Anin merasa kesal dan beberapa kali membuatnya berkontak fisik dengan Darel alias memukul kakak kandung yang paling ia cintai itu.

Bisa-bisanya Darel mengatakan jika oma Caroline akan segera berangkat dengan berkas kepindahan Anin ke Berlin.

"Lo tuh ya! Jadi kakak yang berguna dikit! Jangan bisanya bikin nangis adik kandung lo aja!"

"Emang lo pernah nangis karena gue?" ledek Darel di seberang meja makan berhadapan dengan Anin.

"Sering! Untungnya aja gue gak cengeng dan bukan tukang ngadu. Kalo gak, udah di deportasi lo sama papa ke Berlin!"

Darel bergidik ngeri seakan ancaman Anin berhasil menakutinya. Tetapi setelah itu ia malah berdecih pelan menatap Anin yang terlihat menyuap nasi goreng, menu sarapan mereka saat ini.

"Gak takut gue."

"Oleh karena itu gue gak pernah ngadu. Karena percuma, sia-sia mulut gue berbusa jelasin panjang lebar kalo lo nya masih bandel gak dengerin orang tua."

Dasar, Anin!

Pria itu yang terlebih dahulu menyelesaikan sarapannya lalu menggeret tas hitamnya sampai ke mobil. Sepertinya pria itu akan berangkat bersama Aileen.

"Gak usah ikut gue!" teriak Darel.

Anin menanggapinya tak kalah kencang. "GUE JUGA GAK SUDI!"

Begitulah pertengkaran sepele dari kakak beradik Basupati di pagi hari.

***

Anin menunggu Fahmi menyelesaikan obrolannya dengan sang wali kelas. Awalnya, ia tak sengaja bertemu Fahmi membawa tumpukan buku tugas kelasnya sendirian, membuat Anin merasa ia harus segera membantu ketua kelasnya.

"Udah?" tanya Anin saat melihat Fahmi sudah berdiri di depannya.

Fahmi mengangguk seraya menempatkan kembali buku itu di tangannya yang semual di jaga oleh Anin saat Fahmi ada urusan.

"Udah, ayo ke kelas."

Anin bangun dari duduknya lalu mengikuti Fahmi berjalan di depan hingga ia sejajar dengan temannya.

Tentu saja porsi yang dibawa Fahmi lebih banyak daripada Anin. Fahmi hanya mengizinkan jika Anin membantu sesuai kemampuan seorang wanita. Benar-benar pria idaman!

"Eh, Mi."

"Fahmi, Anin," kata Fahmi mengoreksi panggilan Anin.

"Iya, Fahmi."

"Kenapa?"

"Hubungan lo sama Clara, udah sampe mana?"

Raut Fahmi terlihat sedikit bingung. "Hubungan apa ya maksudnya?"

Mata Anin terbelalak lebar saat mendengar tanggapan dari Fahmi.

"Lo gak suka sama Clara?"

"Suka."

"Terus?"

Fahmi menertawai ekspresi gemas Anin kepadanya. "Kenapa pengen tahu?"

"Ya karena Clara itu, my bestfri one and only."

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang