***Darel mengendarai motor merahnya sampai ke halaman parkir Adara. Adik semata wayangnya itu menghubungi dirinya yang tengah berkumpul dengan teman-teman yang lain agar datang ke sekolah sebagai wali Anin.
Seharusnya, Darel tak perlu repot datang hanya untuk menghadiri penilaian dari guru BK Anin adiknya. Ia saja tidak pernah melibatkan orang tuanya di Treksa saat dirinya terkena hukuman.
Dasarnya, Anin adalah adik yang suka membebani dan membuat ia susah. Jadilah, Darel terdampar di salah satu sekolah paling top berbasis internasional ini.
"Lo kan bisa nyuruh Risa dateng."
"Kakak gue kan lo, bukan Risa. Jadi yang pantes dateng cuma lo doang."
Terkadang ia hanya bisa menggelengkan kepala menghadapi sikap keras kepala sang adik yang sudah tidak terselamatkan itu.
Ia membuka jaket dan helmnya. Meski masih mengenakan seragam Treksa, Darel tidak takut berkeliaran di wilayah Adara. Ia dengan percaya diri menenteng tasnya di pundak sebelah kiri melewati beberapa murid yang sepertinya mengenali Darel.
"Itu Kak Darel, 'kan?"
"Darel, itu Darel!"
"Anak Treksa ngapain ke Adara?"
"Astaga, Darel!"
"Tapi dia gak jomblo."
Seruan yang sepenuhnya Darel abaikan. Matanya menelusuri gedung-gedung yang terpisah mencari letak ruang BK agar urusannya cepat selesai.
Ia berbelok ke arah gedung olahraga dan tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang murid lelaki yang juga tengah berjalan ke arahnya.
Terdengar ringisan pelan saat pria itu menabrak Darel. Mungkin karena badan tegap yang ia miliki membuat yang lain terpental karenanya.
"Darel?" ucapnya menyerupai bisikan tetapi masih sempat Darel dengar.
Alis Darel terangkat sebelah memandangi pria yang sepertinya memanggil namanya tadi.
"Lo kenal sama gue?" tanyanya tanpa berniat berbasa basi.
Ada yang aneh dari pria itu. Tatapannya kepada Darel, seperti merasa tidak mengenakan. Tak lupa kepalan tangan yang tiba-tiba terbentuk saat berhadapan dengan Darel.
Tentu saja, Darel melihatnya. Darel tidak buta hanya untuk melihat ketidaksukaan orang lain terhadapnya. Masalahnya sekarang adalah Darel tidak ingat pernah berurusan dengan pria yang kini tengah menatapnya garang.
"Galen! Itukan calon kakak ipar lo!"
Seseorang berteriak dari belakang Darel membuat pria itu menoleh dan mendapati Galen tengah berjalan ke arahnya bersama dengan ketiga temannya yang lain.Sedangkan, pria yang bertabrakan dengan Darel dengan cepat berbalik ke arah semula saat ia datang. Darel terlihat bingung, lalu menyempatkan diri melihat nametag pria yang berjalan dengan terburu itu.
"Haikal?"
"Bang!"
Darel tersentak saat seseorang menepuk pundaknya seakan mereka telah saling mengenal sejak lama.
"Woy! Cari mati ya lo," bisik Jordi saat melihat Aciel dengan seenaknya menepuk pundak Darel Basupati. Murid SMA yang terkenal menguasai hampir seluruh daratan sekolah yang ada di kota.
Seakan sadar dengan apa yang telah ia lakukan, dengan cepat Aciel meminta maaf kepada Darel.
"Maaf, Bang! Cuma manggil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...