84. Target

2.9K 366 99
                                    

***

Dengan kepala tertunduk, pria itu menunggu satu-satunya suara yang akan mempertemukan dirinya dengan seorang gadis yang sempat menangis di pundaknya kemarin malam.

Waktunya tidak banyak tetapi ia meluangkan waktu dan mengusahakan untuk menghibur gadis itu dengan memenuhi permohonannya yang sempat diutarakan olehnya di sela tangis.

Sesekali ia melihat ke arah jam yang terpasang di tangan kirinya lalu melihat keadaan gerbang yang menjulang tinggi di depannya.

Gerbang itu akan terbuka secara otomatis pada pukul dua siang. Setelah bel berbunyi dan membubarkan barisan pelajar yang berdesakan untuk menjadi yang pertama pulang.

Hari ini ia memenuhi janjinya untuk pergi bersama Anindira. Ia juga telah mengirimkan pesan singkat agar gadis itu mengetahui keberadaan dirinya yang menunggu di wilayah halte bus Adara.

***

"Sher, gue duluan!"

"Mau kemana? Buru-buru banget?" tanya Sherly merasa bingung saat Anin telah keluar dari meja dan kursinya.

"KENCAN!" teriak Anin yang sudah berlari keluar dari kelas tercintanya.

Sherly membeo di tempat. Gadis itu merasa bingung dengan jawaban Anin.

"Kencan? Tumben dia semangat kayak gitu."

"Biasanya juga paling males kalo ketemu sama Galen."

Tidak mau memikirkan kekonyolan Anin, Sherly ikut beranjak keluar kelas dan bermaksud menghampiri Revan yang telah menunggunya di parkiran timur.

Anin terus berlari melewati beberapa murid yang juga tengah berjalan menuju ke arah yang sama dengannya.

"Misi!"

"Permisi!"

"Maaf ya, permisi!"

Anin terus menyelinap di antara kerumunan agar bisa datang tepat waktu dan tidak membuat pria itu terlalu lama menunggu.

Hari ini adalah hari yang harus Anin lewati dengan perasaan senang. Bagaimana tidak? Ia telah berhasil membuat pria paling kaku di bumi menyetujui permintaannya untuk datang ke festival jazz yang diadakan di salah satu taman hiburan kota.

Hatinya tengah berbunga-bunga sampai ia mengabaikan beberapa orang yang mungkin saja menabrak dirinya saat berlari atau dirinya lah yang menabrakkan diri?

Anin harus cepat. Ia tidak mau jika sesuatu datang menghambat dirinya hari ini. Meski tidak memikirkan kemungkinan tersebut, tiba-tiba saja hal itu terlintas dalam otaknya.

"Jangan sampe ketemu sama dia!" katanya dengan kepala yang menggeleng.

Kakinya melangkah lurus ke depan, melewati koridor kelas sepuluh yang terasa cukup panjang di saat ia tengah terburu-buru seperti ini.

Sayangnya, takdir terus memberikan rencana lain untuknya.

Bugh!

"Ah!"

Anin terhuyung mundur saat ia tanpa sengaja menabrak Galen yang ternyata memang sedang menunggu Anin di pintu keluar.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang