***
Selama kurang lebih satu jam lamanya, Galen dan Anin telah mengitari salah satu tempat perbelanjaan yang sangat terkenal di Kota.
Namun, keduanya sama sekali tidak berniat untuk membeli apapun yang ditawarkan oleh beberapa temannya yang lain. Seakan memiliki taste yang sama dalam berpakaian, keduanya menggeleng kompak merasa pakaian yang Jordi ataupun Aciel tunjuk terasa berlebihan.
"Gue capek!" keluh Anin saat mereka hanya berkeliling mengikuti Jordi untuk mencari kostum.
Galen melirik ke arah gadis yang mulai mengeluh di sampingnya. Matanya menyiratkan respect dan segera menelusuri tempat terdekat yang menyediakan tempat untuk duduk.
Galen menemukannya kurang dari satu menit. Sebuah kursi panjang yang terletak di pertengahan koridor Mall di bawah pepohonan yang memang diletakkan untuk hiasan.
"Mau duduk di sana?" tanya Galen menawarkan.
Anin segera melihat arah yang pria itu tunjuk lalu mengangguk lucu seolah ia memang menginginkan untuk waktu istirahat.
Galen menggengam tangan Anin dan menariknya untuk duduk. Ia melindungi Anin dari beberapa pengunjung yang berdesakan di Koridor utama.
"Jangan jauh-jauh dari gue," kata Galen sedikit pelan tetapi masih sampai ke telinga Anin.
"Iya. Tangan gue aja lo iket gini, " balasnya mendengus kasar.
Keduanya telah duduk. Anin meregangkan punggung, tangan serta kakinya yang terasa pegal karena telah berkeliling tanpa hasil.
Ia salah mengira bahwa berbelanja adalah hal yang akan menghibur dirinya yang tengah dilanda kebosanan. Tetapi, bersama para pria, ia benar-benar tidak menemukan kesenangan dalam menggunakan waktunya untuk menghabiskan uang.
Bukan Anin yang tidak suka berbelanja. Hanya saja pendamping yang ikut berbelanja kali ini adalah empat pria kaku yang hanya mengitari ranah dan kesenangan kaum lelaki saja.
Anin bisa berkeliling sendiri dan mencari kesenangannya. Tetapi, pria di sebelah Anin selalu menggandeng tangannya di tiap toko pemberhentian. Anin senang, ia tidak memungkiri hal tersebut. Tetapi Anin juga butuh bernapas dan ingin berkeliaran sendirian.
Biasanya, jika ia pergi berbelanja dengan Risa ataupun kedua sahabatnya, dalam satu jam ia bisa membawa lima sampai enam totebag di tangan kanan dan kirinya.
"Lo gak berniat melepaskan gue, ya?" tanya Anin masih sebal.
"Emang lo mau kabur kemana?" tanya Galen memastikan.
"Ya mau belanja! Ke tempat cowok gak boleh masuk," jawabnya ketus.
Galen tersenyum miring, bibirnya sedikit berkedut terasa geli atas apa yang berkeliaran di dalam kepalanya.
"Calvin Klein?" tanya Galen dengan nada menggodanya.
"WHAT?" Anin terkejut saat pria itu menyebutkan merk terkenal dari salah satu perusahaan yang memproduksi pakaian dalam.
"Lo mau kesana sampe gue gak boleh ikut?" lanjut Galen masih terkekeh geli.
"Galen! Stop it. Gue gak berniat kesana!" ujar Anin dengan berbisik.
Bisa-bisanya Galen membahas hal itu di depan banyak orang. Apakah pria itu tidak punya malu sedikitpun? Anin sih jelas malu. Karena mereka berbeda jenis kelamin!
"Santai aja. Gue cuma nanya," kata Galen meluruskan sebelah kakinya untuk peregangan kecil.
Anin terlihat bersungut kecil, menggumamkan betapa menyebalkannya Galen saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...