"Anak mami yang harus pulang sebelum jam sembilan malam.""Stop manggil gue anak mami, Galen!"
Anin memasang raut kesal karena sepanjang perjalanan, pria itu mengungkit-ungkit perjanjian Darel dan juga dirinya selama menumpang hidup di rumah yang seharusnya milik Anin juga. Sayangnya, Darel masih menganggap gadis itu sebagai tamu tak diundang.
Galen tertawa kecil, belum pernah ia merasa sesenang ini saat berhasil menghancurkan mood seseorang. Sepertinya memang gadis itu mampu ia jadikan booster untuk perasaannya yang selalu datar.
Ia mengemudikan mobilnya dengan berbinar.
Awalnya, Galen berniat untuk melepaskan gadis licik ini dari sangkarnya. Akan tetapi, setelah ia merenung selama dua hari penuh, Galen merasa tak rela.
Ia akan mengikuti permainan yang gadis itu jalankan untuk menggeser kekuasaannya di Adara meski peluangnya hanya nol koma sekian persen alias terlampau mustahil.
Adara itu Galen, Galen itu Adara. Galen itu bagaikan brand ambassador yang melambungkan nama Adara dalam khalayak publik.
Belum lagi, orang tuanya menitipkan beberapa dana untuk mendirikan pilarnya sendiri sehingga pria muda itu bebas melakukan apapun yanh ia mau di sekolahnya.
Mimpi Anin memang tidak terlalu tinggi tetapi bias. Ia takkan bisa menembus dinding yang telah Galen kokohkan sejak pertama kali, ia melangkahkan kakinya di pintu gerbang Adara.
"Udah sampe."
"Iya. Gue juga gak buta," balas Anin masih terlihat kesal. Ia selalu kesulitan mengendalikan ekspresinya di depan pria ini.
Galen ikut turun dari mobil membuat Anin bersedekap di hadapannya.
"Lo ngapain ikut turun?"
"Mau silaturahmi," jawab Galen menerobos badan gadis mungil itu hingga terhuyung ke belakang.
"EH TUNGGU!" teriak Anin mengejar Galen yang sudah masuk ke rumahnya itu.
***
Anin melipat kedua tangannya ke belakang saat Darel turun lantai dua rumahnya. Ia sedang berada dalam keadaan siap siaga. Sepertinya ia akan disidang.
"Udah mulai berani keluyuran?" sindir kakaknya itu.
"Gue gak keluyuran, gue diculik!"
Galen yang notabennya tengah bersandar di belakang tembok tempat Anin berdiri seketika kesulitan menahan tawanya.
"Anin, gue paling gak bisa memaklumi kelakuan lo yang melewati batasan. Punya pacar, bukan berarti lo harus pacaran sampe larut. Paham, lo?"
"Galen! Bantuin gue ngomong!" Tiba-tiba gadis itu memanggilnya disaat ia sendiri malas berbicara dengan Darel.
"Sorry, Bang. Maklum aja, namanya anak remaja lagi kasmaran. Jadi lupa waktu," celetuk Galen membuat mulut Anin menganga lebar.
Ia menatap kaget ke arah Galen yang bukannya meluruskan malah membuat karangan bebas seenaknya.
"Lo jangan percaya sama dia!" seru Anin terlihat menggebu menghalangi Galen untuk tidak berbicara lebih jauh.
"Lo yang nyuruh dia ngomong, lo juga yang bilang jangan percaya. Waras lo, Nin?"
Galen mengangguk setuju, menyetujui cemoohan Darel pada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...