29. Siapa Pelakunya?

2.9K 263 6
                                    

Vous Me Voyez

***

Tangannya terus bergerak mencari benda yang telah ia incar sejak memutuskan menginjakan kakinya di rumah ini.

Dengan langkah terburu-buru, tak pelak ia juga menjatuhkan beberapa barang di ruangan yang ia masuki.

Badannya menegang ketika kedua telinganya menangkap suara derap langkah kaki mendekat ke arahnya.

Dengan tergesa, ia mencari sesuatu untuk mendapatkan alibi yang sempurna saat ia dicurigai nanti.

"Lo ngapain di kamar gue?"

Suara datar itu, suara yang paling tidak ingin ia dengar. Badannya bergeming, ia memilih untuk mengatur napasnya terlebih dahulu.

"Ayra."

Saat namanya disebutkan, otomatis ia takkan bisa mengelak. Akhirnya, Ayra membalikan badan menghadap seseorang yang tengah bersandar di pintu kamarnya. Tatapannya seakan ia akan menelan siapapun saat ini karena sudah berani mengotori wilayah pribadinya.

Matanya berkaca-kaca menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam.

"Maaf," lirihnya. Kepala Ayra tertunduk, tak berani menatap orang di depannya.

Galen menatap sekeliling kamarnya yang terlihat berbeda dari kali terakhir ia melihatnya.

"Siapa?"

Pada dasarnya, Galen memang tidak suka berbasa-basi.

Ayra menunjuk ke arah sudut lemari dengan gemetar. Galen saat ini benar-benar menakutkan. Siapapun akan takut jika melihatnya.

Galen mengikuti arah telunjuk Ayra. Kepalanya sedikit menunduk berusaha mencari pelaku yang dimaksud oleh sepupunya itu.

"Punya lo?" tanya Galen masih bersikap dingin terhadapnya.

Ayra mengangguk pelan. Ia benar-benar ingin segera melarikan diri dari kondisi seperti ini. Ayra tidak kuat. Ia begitu takut.

Saat Galen melangkah, mata Ayra terbuka lebar lalu menghalangi jalan Galen.

"Galen, maafin kucing gue. N-nanti gue beresin," mohonnya sesekali melihat ke arah belakang.

Sosok yang saat ini ia lindungi dari kemarahan Galen. Ia berharap Galen takkan membuang teman seperjuangannya selama ia di penjara bertahun-tahun di rumah. Ia tak memiliki ide lain selain memanfaatkan kucingnya.

Galen menurunkan tangan Ayra dengan hati-hati lalu berjongkok menghadap seekor kucing yang bersembunyi di kolong meja belajarnya.

Tanpa Ayra sangka, Galen mengulurkan tangannya mengelus kucing itu dengan lembut.

"Kenapa dia bisa masuk?"

Galen tidak pernah mengizinkan siapapun untuk masuk ke dalam kamarnya karena ia tidak suka wilayahnya ternodai oleh aroma orang luar. Maka dari itu, ia selalu menyuruh ART-nya untuk selalu menutup pintu kamar Galen setelah dibersihkan. Apalagi Galen terbilang jarang ada di rumah.

Apakah kali ini mereka keliru setelah bertahun-tahun lamanya bekerja pada Galen?

"Tadi gue gak sengaja nemuin kucing gue di kamar lo. Tapi, gue gak tahu sejak kapan pintu kamar lo kebuka. Mau minta tolong sama bibi atau kak Vio, kucing gue udah gak tertolong karena ngacak-ngacak kamar lo. Gue minta maaf."

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang