39. Sidang

2.9K 316 10
                                    


Hari yang telah semua teman Galen tunggu, akhirnya tiba. Hari pembalasan yang takkan pernah mereka lewatkan.

Hari ini, kasus kekerasan yang dilakukan Revan kepada salah satu murid kesayangan Adara kembali dibuka. Galen telah mempersiapkan segalanya untuk menjatuhkan pecundang itu sampai ke ujung jurang.

Tak hanya Galen dan teman-temannya yang bersiap membuat perhitungan dengan Haikal.

Darel yang notaben adalah kakak kandung korban pembullyan yang dilakukan Haikal, ikut hadir di Adara untuk menjaga adiknya, Anindira Arabella Basupati.

Ia datang ditemani oleh kedua sahabatnya, Bryan dan Aldo. Bukan Darel yang meminta mereka datang, melainkan atas keinginan mereka sendiri karena ikut kesal saat mendengar ada orang yang berani menyakiti Anin.

Kedatangan Darel ke Adara tentu mendapatkan penolakan keras dari Anin. Gadis itu tak ingin kakaknya datang dan mencampuri urusan sekolahnya sampai sejauh itu.

Padahal, harusnya Anin tahu, semua tanggung jawab terhadap Anin ada dipundak Darel selama kedua orang tua mereka tidak bisa hadir.

Darel yang keras kepala dan teguh pendirian, sama sekali tak mempedulikan teriakan dan layangan protes dari adiknya sendiri.

"Kenapa dia harus dateng ke sini?" prolog Anin menangkup wajahnya sendiri. Ia terlihat begitu gugup, tidak seperti biasanya.

Sherly dan Clara yang baru saja mengetahui kasus Anin turut prihatin melihat kondisi sahabatnya saat ini. Mereka rela meninggalkan kelas untuk menemani Anin menghadapi pelaku pembullyan terhadapnya yang selama ini tidak orang lain tahu.

"Kakak kamu dateng karena khawatir, Anin," kata Clara berusaha menenangkan temannya.

Anin menurunkan kedua tangannya seraya menatap ke arah Clara.

"Ra, lo gak tahu, seberapa menyeramkan Darel kalo lagi marah. Gimana kalo dia ngamuk pas ketemu Haikal? Terus, malah kakak gue yang di adili."

"Masih punya rasa khawatir juga lo sama kakak yang selalu lo sebut nyebelin itu," ledek Sherly menatap Anin dengan remeh.

"Masih! Dikit," tanggap Anin menimbulkan tawa dari teman-temannya.

"Childish," ucap Sherly

"Gengsian," tambah Clara.

Otomatis hal tersebut membuat wajah Anin semakin tertekuk masam.
"Kalian disini mau support gue atau malah jatuhin mental gue sih?" protesnya merasa ia terlalu disudutkan.

"Dukung kamu dong," kata Clara.

"Menghabiskan waktu luang gue aja sih," jawab Sherly begitu berbeda dengan jawaban Clara.

Belum sempat Anin menceramahi Sherly, seseorang muncul di depan pintu seraya memanggil namanya.

"Anin."

Ketiga gadis yang tengah mengobrol itu otomatis menoleh ke arah pintu.

"Udah waktunya," lanjut pria yang selalu menunjukan ekspresi datarnya dimana pun ia berada. Galen Melviano Daniar.

Anin meneguk ludah sedikit kasar lalu melirik ke arah kedua temannya yang juga ikut membalas tatapan Anin.

"Semangat ya, Anin."

"Good luck, Nin!"

***

"Gugup?"

Anin menengok ke sebelahnya saat Galen mulai membuka suara.

"Sedikit."

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang