87. Racing Malio Turnament

2.6K 321 62
                                    

***

Debaran jantung yang selama ini hampir tidak pernah ia dengar secara langsung, menggelegar di telinganya sampai ke ujung kuku jari kakinya.

Suaranya terdengar begitu kencang sampai menimbulkan getaran di seluruh badan yang telah tertutupi oleh pakaian serba hitam khas para pengendara roda dua.

Aciel mengenakan kaca mata hitam sampai gilirannya tiba. Ia tidak bisa menatap langsung puluhan penonton yang sudah memenuhi tribun. Getarannya sangat berbeda dengan balapan yang sering ia ikuti.

Huft!

Beberapa kali ia menghela napas cukup panjang, berusaha menenangkan diri agar dirinya bisa menang.

"Fokus, Aciel. Fokus!"

Ia juga terus menyemangati diri saat dirinya telah terkena serangan mental saat pertandingan babak pertama telah dimulai.

Siapa yang tidak merasa gentar jika orang seperti Jordi dan Arya diturunkan pada garis start seperti yang telah Jaden duga.

Seniornya itu menganggap bahwa sekolah lain akan dengan sengaja menurunkan orang-orang terhebat mereka di babak awal dengan tujuan mengguncang mental lawan dengan harapan mereka akan ter diskualifikasi atau mundur secara teratur.

Aciel bahkan hanya bisa menganga saat orang-orang yang lebih mahir mengendarai sepeda motor itu saling bertukar posisi di garis depan. Karena alasan itu pula, Galen dan Jaden menurunkan Jordi pada race awal.

Pria itu memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga takkan tumbang di tengah jalan hanya karena lawan lebih kuat darinya. Setidaknya, Jordi masih bisa lolos ke babak semifinal yang akan dimainkan oleh Revan. Pria dengan kemampuan balap satu tingkat di bawah Galen dan setara dengan Jaden sang pendatang.

Dari kejauhan, Aciel bisa melihat betapa Jordi meremehkan lawan melalui ekspresi menyebalkan yang selalu ia lihat setiap hari saat bersama dengan temannya itu. Jordi terlihat sama sekali tidak takut atau gentar ketika beberapa motor mulai saling menyalip satu sama lain.

Terbukti dengan jelasnya teriakan para penggemar dan pengagum saat Jordi berhasil sampai di urutan ketiga dari sepuluh peringkat yang akan kembali bertanding untuk babak selanjutnya. Sementara itu, rival yang sempat Galen puji, Arya menempati posisi pertama.

Jaden mendekati Aciel yang masih berdiri memisahkan diri dari yang lain saat menonton pertandingan pertama.

"Jordi menang," kata Jaden.

"Mm, sesuai perkiraan lo," jawabnya pelan.

"Masih gugup?"

"Sedikit, Bang. Kalian udah kasih saran terbaik buat gue. Tinggal cara gue menyikapinya aja."

Jawaban Aciel yang terdengar sedikit bijak, membuat senyum Jaden mengembang.

"Apa yang cowok itu bilang sama lo?" tanya Jaden penasaran.

"Galen?"

Jaden mengangguk cukup cepat. Tak ada orang lain yang selalu membuat Jaden dibuat penasaran setengah mati kecuali adik kelas yang penuh dengan kekuasaan di Adara.

"Dia bilang kalo gue harus menang untuk diri sendiri. Bukan karena orang lain atau paksaan dari siapapun."

"Nice! Tinggal gimana lo memahami kalimat Galen."

Aciel mengangguk sedikit menunjukkan senyumnya kepada Jaden.

"Gue yakin kita akan bawa piala hari ini. Kalo gagal ...." Jaden melirik ke arah Aciel membuat pria itu mendelik cepat.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang