Goresan luka yang takkan pernah ku lupa, melekat erat dalam jiwa. Itulah yang ku sebut dengan sebuah trauma
Vous Me Voyez - 2020
Happy Reading
----VMV----
Gelap dan lembab, itulah yang gadis berusia kurang lebih lima tahun itu rasakan. Matanya tertutup rapat, kedua kaki dan tangannya tak mampu bergerak. Sebuah rantai melingkari pergelangan kaki dan tangannya, hingga ia tak bisa pergi kemana-mana.
Derap langkah kaki mulai terdengar. Satu?Dua? Tidak. Sepertinya lebih dari empat atau lima. Dekat, makin dekat.
Perlahan pintu besi itu bergerak, ia tidak bisa melihat siapa yang datang. Badannya bergetar hebat, apalagi saat ia tahu seseorang mulai membuka penutup matanya. Dengan sangat perlahan hingga mata gadis itu terbuka dan ...
Mata Anin terbuka dan mendapati Darel tengah menempatkan tangannya secara terbalik di atas dahi Anin. Pria tinggi itu tengah mengecek suhu tubuh adik semata wayangnya.
"Gak usah masuk sekolah masih demam," ujar Darel lalu menyuruh Risa untuk memberikan obat kepada Anin.
"Tapi hari ini gue ulangan," lirih Anin masih setengah sadar.
Darel berkacak pinggang memelototi adiknya. "Ikut susulan aja. Otak lo udah cukup meyakinkan guru yang ngajar."
Benar juga. Anin bisa saja ikut ujian susulan dengan otaknya yang mumpuni karena ia seratus persen takkan mencontek saat ujian. Jadi seharusnya tidak masalah jika ia mengikuti ujian seorang diri.
Namun kondisi seperti itulah yang tidak ia sukai. Ia bosan dan sudah lelah belajar sendirian. Hampir tujuh tahun ia melakukan itu seorang diri. Tragedi beberapa tahun silam menjadikan keluarga Basupati menjaga Anin lebih ketat. Ia menjalani home schooling selama tujuh tahun hingga akhirnya Anin mulai berani berbicara.
Bukan tanpa alasan ia dirumahkan. Keadaan saat itu benar-benar genting dan tidak bisa ditoleransi. Hingga kini luka itu masih ada membayangi bungsu Anindira.
"Gue mau sekolah, Kak," rengeknya di hadapan Darel. Tetapi Darel sama sekali tidak memberi kelonggaran. Ia tetap menggelengkan kepalanya.
Darel meraih tas hitam yang tadi sempat ia taruh di meja Anin lalu menyampirkannya di bahu sebelah kiri.
"Jagain! Kalo berani kabur, gak usah dikasih pintu masuk."
Anin menghela napas pelan berusaha tidak marah pada Darel karena sesungguhnya pria itu begitu menyeramkan ketika mengamuk. Hanya saja, Anin memang selalu kurang ajar menguji kesabaran kakaknya.
Darel sudah keluar dari kamar Anin. Suara motor mulai terdengar pertanda Darel mulai meninggalkan rumah. Anin bangun dan melihat kakaknya sudah pergi bersama motor merah miliknya. Ia bersandar di jendela balkon dan merenung.
"Risa," panggilnya.
Risa yang sedari tadi hanya meratapi kesedihan yang terlihat dari raut wajah Anin menghampirinya. Ia tahu, gadis kecil ini hanya kesepian.
"Iya, Anin."
Anin melirik Risa dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Risa yang merasa ditatap se intens itu mulai risih. Ia seperti tahu apa yang sedang Anin pikirkan. Matilah ia. Pasti Risa akan jadi korban kegabutan nona mudanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...