Drop your enthusiast!
***
"Bergantung sama gue. Panggil gue kapan pun dia muncul dan ganggu lo. Gue gak akan segan marahin dia kalo berani muncul dan bahayain cewek gue."
Mata Anin memandang Galen tanpa berkedip. Ia terlihat sangat lelah dan tak berdaya. Tidak seperti Anin yang pertama kali bertemu dengan Galen. Gadis yang bahkan selalu menengadah memandangnya dengan aura penuh tantangan seakan ia bisa membuat Galen tertunduk kepadanya.
"Itu bukan solusi," cicit Anin memainkan tangan Galen yang berada dalam genggamannya. "Itu namanya lo modusin gue."
Sontak, Galen dan Darel saling bertatapan lalu tertawa mendengar gerutuan kecil Anin terhadap sikap serius Galen.
"Kok modus? Gue serius, Anin," kata Galen menjawabnya dengan sangat lembut. Kepada siapa lagi pria itu akan berbicara selembut ini jika bukan di depan gadis yang telah meruntuhkan segala bentuk dinding wajah kakunya."
"Lo nya serius. G-gue nya yang gak siap."
Kali ini bukan Galen yang terlihat akan menanggapi Anin melainkan sang kakak, Darel Basupati. Pria itu terlihat melengos pelan melihat kebucinan dua orang yang lebih muda darinya itu.
"Kayaknya gue emang harus segera keluar dari ruangan memuakkan ini."
"Jagain dia."
Galen mengangguk pelan merasakan bahwa perkataan itu ditujukan untuknya. Sementara Anin hanya membalasnya dengan senyuman terimakasih karena Darel selalu mengkhawatirkan dirinya setiap saat.
Setelah Darel keluar dari kamar Anin, menyisakan sepasang kekasih yang sepertinya tidak pernah ada pernyataan cinta di antara kedua tetapi ikatannya begitu erat.
Anin masih menundukkan kepala, berusaha tetap tenang dan tidak salah tingkah di depan Galen.
"Ada apa sama tangan gue?"
Anin menggeleng pelan.
"Lebih gede aja dari tangan gue. Gak ada yang spesial."
Galen menyeringai tipis. "Gak ada yang spesial?" Pria itu menangkup tangan Anin, membawanya ke atas menjadikan batas di antara kedua arah pandang mereka.
"Tangan ini ... bisa bikin lo nyaman dan merasa terlindungi. Tangan lo lebih kecil, bisa sembunyi di balik tangan gue yang besar. Kayak gini."
Anin terkekeh pelan memperhatikan kekonyolan Galen di depannya. Entah mengapa setiap momen romantis yang berusaha pria itu ciptakan sulit untuk Anin resapi karena mungkin ia tidak siap untuk merasa baper.
Kekehan renyah Anin membuat Galen tersenyum. Ia senang melihat Anin tidak kembali murung dan kesakitan.
Tanpa sengaja ia teringat kembali akan rencana masa depan yang telah dipilihkan oleh keluarga Galen untuknya. Ia termenung memikirkan bagaimana caranya ia bisa meninggalkan Anin yang telah mencuri seluruh perhatian Galen untuknya.
"Galen."
"Gal?"
"Galen?"
Anin menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah Galen. Ia berusaha menyadarkan Galen dari lamunan.
Pria itu akhirnya berkedip, kembali menatap Anin yang juga tengah terdiam memandanginya.
"Lo mikirin apa?"
"Gak ada yang lagi gue pikirin."
"Mm."
"Marah?" tanya Galen merasa bahwa wajah gadis itu kembali muram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...