88. Murka

2.6K 306 40
                                    

***

Ia berlari-lari kecil setelah meletakkan motornya di depan pintu masuk ruang tunggu. Aciel tidak menemukan satupun teman dekatnya yang terlihat di tribun bawah.

Dengan langkah sembrono, ia membuka pintu lebar-lebar dan menemukan sahabatnya tengah duduk di atas sofa dan sebagian ada yang duduk sesuka mereka. Seperti Jordi yang tengah memainkan HP-nya dengan duduk di atas meja.

"Gue menang!"

Aciel merentangkan kedua tangannya dengan senyuman paling lebar yang pernah ia perlihatkan selama hidupnya.

"Udah tahu," jawab Jordi tanpa melihat ke arah Aciel yang tengah merentangkan tangan berharap seseorang berlari untuk memeluknya.

Ekspresi macam apa ini?

Senyuman milik Aciel yang terpahat sempurna mulai sirna di terkam situasi tak mengenakan ini. Pria itu berdecak pelan lalu menggaruk kepalanya menggerutu pelan.

"Ini serius gak ada yang mau ngucapin selamat sama gue?"

"Kalian sengaja diem-dieman gini buat nyambut kemenangan gue?"

Aciel terlihat sangat jengkel sekali dengan reaksi sahabat yang semula memanasi nya dengan semangat berapi-api.

Namun, apa yang ia dapatkan sekarang? Tidak ada satupun yang bergerak dari posisinya untuk menyambut kedatangan Aciel.

"Lo menangnya gak sendirian. Lebay banget," celetuk Revan menanggapi gerutuan Aciel.

"Y-ya gue tahu. Tapi kan— Argh! Kalian kenapa sih?"

Terdengar kikikan pelan dari arah belakang Aciel dimana Anin tengah berdiri di depan pintu mendengarkan dan menonton ke-frustasian Aciel melihat teman-temannya yang mengabaikan keberadaan pria itu.

Aciel sontak berbalik, begitu pula dengan yang lain. Mereka ikut memberikan perhatian pada sosok perempuan satu-satunya yang berada di basecamp utama milik Galen dan teman-temannya.

"Mereka sebel sama lo."

Alis Aciel terangkat sebelah, merasa kurang memahami ledekan Anin yang satu ini.

"Kenapa? Kenapa mereka sebel sama gue?"

Beberapa dari mereka mulai merasa tidak dapat menahan diri untuk tertawa. Namun, tetap berusaha sekuat tenaga menahannya, membiarkan Anin meluluhlantakkan kepercayaan diri yang Aciel miliki saat ini.

"Mereka nunggu lo setengah jam di tribun, Aciel. Dan apa yang lo lakuin selama itu setelah lewat garis finish?"

Seketika kalimat yang Anin lontarkan berhasil membungkam mulut Aciel dalam hitungan detik. Setelah berhasil melalui garis finish, Aciel melanjutkan euforia yang meledak-ledak dalam dirinya untuk mengitari lapangan dengan motornya dan menyahuti sorak sorai penggemar yang senantiasa meneriakkan namanya di setiap sudut tribun.

Ia lupa akan satu hal karena kesenangan berlebihan yang berhasil menguasainya itu. Ia lupa bahwa Aciel sama sekali belum menemui teman-temannya dan memilih berpesta menikmati teriakan penggemar.

Dengan alasan yang sama, Galen, Jordi, Revan, Jaden juga Anin meninggalkan tribun karena mereka terlalu lama menunggu Aciel dengan kesenangannya.

Siapa dia berani membuat orang-orang yang disebutkan di atas tadi menunggu selama itu?

Aciel meringis dalam hati merasa tidak enak saat memahami penuh kondisi yang terjadi saat ini. Teman-temannya kesal dan diam karena kesalahan Aciel sendiri.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang