47. Luka

3K 303 23
                                    

**

Darel mendapatkan teguran dari petugas pagi, segerombolan anak OSIS dengan lambang biru pada lengan seragamnya. Anak buah Denis Prayudha Akbar dan Indri Raysilia Januar yang selalu mengusik hidup Darel di Treksa.

Kali ini hukumannya adalah berjemur sampai jam pertama selesai.

Biasanya, hukuman ini adalah opsi paling terakhir dalam kategori ringan karena menurut para pengamat OSIS pendahulu Denis, hukuman seperti ini hanya akan membuat murid tertinggal jam pelajaran dan tidak membuatnya sadar.

Berjemur hanya akan membuat mereka berpikir bahwa terlambat adalah hal kecil yang bisa mereka semua atasi karena paling tidak mereka hanya mendapatkan teguran dan pengurangan poin untuk nilai rapot.

Namun, yang tengah mereka hadapi saat ini adalah Darel Agam Basupati. Murid paling sering terlambat sampai tidak memperdulikan pengurangan nilai yang akan ia dapatkan di rapot. Oleh karena itulah, untuk anak malas seperti Darel hukuman berjemur selama hampir satu jam adalah hal paling tepat agar ia sendiri yang akan menyadari betapa menyebalkannya akibat dari terlambat.

Keringatnya sudah bercucuran membasahi pelipis dan seragam sampai kaus dalaman yang Darel kenalan mulai terlihat.

Ia mengenakan kaos berwarna hitam di balik seragam putihnya, hal yang biasa ia gunakan agar tak menyulitkannya berganti pakaian saat nongkrong setelah pulang sekolah.

Ia menghela napas beberapa kali, membayangkan adik cerewetnya itu tengah menikmati dinginnya ruang kelas sementara ia malah terjebak di tengah lapangan menghadap tiang bendera.

"Gara-gara bocah itu gue jadi telat!"

"Ck! Salah kostum nih gue pake baju double-double."

Darel terlihat beberapa kali mengibaskan seragamnya karena merasakan panas yang luar biasa menyengat ke seluruh badan Darel.

Ia menatap jam yang ia pasang di tangan kirinya, memeriksa berapa lama lagi waktu yang ia butuhkan untuk menjadi tontonan murid Treksa saat ini.

Meskipun matanya hanya menatap lurus ke depan, Darel memiliki ekor mata yang cukup tajam sampai mengetahui bahwa beberapa orang melihat Darel dari balik jendela kelas, pintu ataupun sekedar tanpa sengaja sedang berjalan di Koridor lalu melihat Darel yang tengah dihukum.

"Waah! Gak pingsan loh, emang hebat banget pentolan Treksa yang satu ini," kata seorang murid berperawakan sedikit lebih pendek dari Darel berjalan mendekati Darel dengan buku dan pulpen dalam genggaman kedua tangannya.

Ia berhenti tepat di bagian gelap, sedikit tertutup oleh bayangan bangunan. Tentu saja ia tidak ingin ikut merasakan terik matahari seperti yang tengah Darel dapatkan.

"Berisik! Berapa lama lagi gue di sini?"

Ia tersenyum melihat Darel mengumpati dirinya tanpa basa-basi.

"Sabar dong! Gue liat jam di HP gue dulu."

Darel kembali mendecih, memalingkan wajahnya ke arah lain.

Darel tidak pernah mengharapkan apapun dari gadis di depannya. Karena ia begitu tahu bahwa gadis itu takkan pernah memberikan hal positif kepadanya. Ia sangat pendendam.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang