3. Cokelat

4.8K 510 132
                                    

Selamat Membaca

---- VMV ----

Secangkir latte menemani sore seorang bungsu Basupati yang terlihat duduk menghadap taman ibu kota.

Ia duduk sendirian di salah satu kafe yang terkenal akan keindahan spot foto yang disukai anak jaman now.

Pada awalnya, ia ingin mengekori Darel dengan menyelinap di dalam mobil. Tetapi sayang, di pertengahan jalan, Darel menyadari kehadiran Anin di dalam mobil. Jadilah ia berakhir di sini. Kakaknya itu sangat jahat. Berani sekali menurunkan adiknya di pinggir jalan. Sementara ia bersenang-senang dengan kekasihnya.

Ia meminum dengan perlahan latte miliknya dengan muka tertekuk, di dalam otaknya sudah terlintas ribuan rencana balas dendam untuk menyerang balik kakaknya.

Ia membuka ponsel bermaksud menghubungi supir, namun setelah di pikirkan kembali ia masih ingin menikmati sore di sekitar kafe. Ia melihat ada pemandangan hijau dari luar jendela. Bibirnya tersenyum tipis melihat beberapa anak kecil berlarian di sana. Sesegera mungkin ia beranjak sambil menenteng tas kecil berwarna merah muda miliknya.

Anin ikut berlarian mengejar angin, tangannya terbentang bebas membentuk sayap pesawat terbang, ia sungguh menyukai panorama alam.

Mungkin beberapa orang akan menganggap Anin gila karena bertingkah seperti anak kecil pada umurnya yang sekarang. Peduli setan dengan anggapan orang lain. Ia hanya perlu memikirkan kebahagiaannya sendiri daripada sibuk dan repot mengurusi pendapat orang lain yang sama sekali tak mengetahui apapun dalam hidupnya.

Satu hal yang ia tidak sukai dari langit adalah senja. Senja hanya membawa luka itu kembali terbuka. Sebisa mungkin Anin menghindari senja dalam kesendirian. Ia belum bisa mengerti arti dari menikmati senja yang diidamkan banyak orang.

Sadar akan waktu, ia segera menghubungi supir agar segera menjemputnya.

Anin memutuskan untuk menunggu sambil duduk di bangku pinggir jalan. Setidaknya, ia akan lebih aman jika berada dalam keramaian. Banyak kendaraan berlalu lalang, ia memasang headset bluetooth miliknya karena jalanan begitu bising.

Beberapa menit kemudian, tanpa sengaja matanya menangkap gerombolan motor dari arah kanan jalan. Mereka berlalu seakan jalan itu adalah milik mereka sendiri. Anin mendengkus melihat kelakuan para geng motor itu. Para pengganggu yang harus segera di basmi oleh pemerintah kota.

"Kampungan," desisnya.

Tuk

"Aw." Anin mengusap kepala sebelah kirinya. Seseorang dengan tidak sopan melemparkan bekas air mineral padanya. Mata Anin tak tinggal diam. Dia mencari pelaku pelemparan.

"Cari siapa?"

Anin terlonjak mundur dari duduknya ketika suara itu masuk ke dalam pendengaran Anin. Seorang pria telah duduk di samping kanannya. Ia mengenakan kaos hitam berbalut jaket kulit robek-robek serta celana jeans yang juga robek di bagian lutut.

"Lo ngapain disini?" tanya Anin sedikit was-was.

"Emang gak boleh?"

Anin terdiam, ini tempat duduk umum. Ia tak punya hak melarang pria paling menakutkan se antero Adara ini.

Tangannya terulur panjang bersender di bangku taman. Ia duduk seakan itu adalah singgasananya. Anin berusaha menekan rasa takut yang mulai menerkam dirinya. Kenapa Anin mendadak takut? Pria ini terlihat berbeda ketika mengenakan pakaian biasa. Aura bosnya begitu menguar dan menikam.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang