80. Damai

3K 339 35
                                    

***

Darel meluruskan punggungnya yang terasa seperti telah mengangkat beban seberat ratusan kilo dalam kurun waktu tiga jam lebih mengikuti rapat ekslusif jajaran direksi Basupati grup.

Terdengar bunyi kruk saat ia melakukan peregangan di beberapa persendian ototnya yang kaku.

"Argh! Bisa gila gue lama-lama," keluh Darel saat merasakan energinya terkuras habis hanya karena memikirkan jalan keluar dari masalah yang telah ditimbulkan oleh rival yang sampai detik ini masih belum bisa mereka temukan.

Sebenarnya, beberapa waktu lalu Darel sempat meminta bantuan kepada rekan yang ia pastikan bisa membantu Darel untuk keluar dari masalah ini. Tetapi apadaya, ia adalah orang yang sangat super sibuk yang keberadaannya sendiri begitu sulit ditemukan.

Darel tidak sepenuhnya bergantung pada orang yang tengah ia mintai bantuan. Ia berusaha sekeras mungkin untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Bagaimanapun masalah ini berkaitan dengan ketentraman keluarga termasuk nyawa adik bungsunya yang digadang-gadang kembali menjadi incaran para oknum yang ingin menghancurkan Basupati.

Ia menggerakkan jemarinya yang sedikit kaku setelah menandatangani beberapa berkas mewakili papanya yang masih terhambat di Berlin. Seharusnya, Ryan bisa kembali ke rumah bersama dengan mama Darel dan Anin yang jarang tersorot publik pada minggu lalu seperti yang telah dijanjikan.

Namun, keadaan Caroline yang semakin memburuk membuat mereka menunda penerbangan dan mengorbankan Darel untuk mengurus setiap pekerjaan yang tersisa di kota tempat kelahirannya.

"Om!"

Darel bangkit dari kursinya saat ia melihat Ilham melintasi ruangan Darel hendak menuju tempat lain di Utara.

Ilham yang mendengar panggilan Darel menghentikan langkahnya lalu menunggu anak muda yang tengah berlari datang menghampirinya.

"Ada apa Darel?"

"Masih ada kerjaan yang harus gue urus gak? Gue ada sparing soalnya jam tiga."

"Pergi aja. Rapat tadi schedule terakhir kamu hari ini."

Darel berseru pelan merasakan kebebasan yang sudah lama ia nanti.

"Oke!"

"Darel!" panggil Ilham kembali sebelum pria itu terlalu jauh melangkah.

"Apalagi, Om?"

"Nanti malam ajak adik kamu ke sini," kata Ilham mengeluarkan sebuah undangan dari selipan berkas yang ia bawa di tangan kanannya.

Darel menerima undangan tersebut dengan raut bingung. Ia baru mendengar ada acara resmi pada hari ini.

"Acara apaan emangnya? Kok harus bawa Anin segala?"

"Undangan grand opening salah satu produk kosmetik yang dibiayai sama Basupati grup. Papa kamu yang nyuruh langsung kalo Anin harus ikut ke acara itu."

"Sama pacar gue aja deh jangan Anin."

"Darel."

"Anin itu ngerepotin. Bukannya menikmati pesta, kita berdua bisa pusing nyariin dia di sana."

"Tetep harus Anin yang dateng."

Darel menyipitkan matanya, menatap Ilham dengan penuh kecurigaan.

"Ada pesan tersembunyi apalagi nih sampe mewajibkan gue harus bawa setan kecil itu ke pesta nanti malem?"

"Surprise party, maybe?" jawab Ilham terdengar menggantung.

"Ouh shit! Yang bener aja! Surprise party?"

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang