****Hari itu, menjadi hari terakhir Anin melihat Galen dengan kedua matanya sebelum keberangkatan Galen yang mendadak.
Pria itu sempat meminta maaf atas waktu singkat yang ia miliki untuk Anin. Ia juga tidak menyangka jika papanya menurunkan Anne sebagai salah satu orang yang menyeret Galen ke Amerika.
Orang tuanya takut jika Galen akan mangkir dari janji yang telah ia tekankan saat pertemuan makan malam. Mengetahui sifat Galen yang keras dan tidak melunak membuat pikiran keluarganya menjadi buntu. Anne datang dan merusak segala rencana Galen yang akan menghabiskan hari terakhirnya bersama Anin.
Kedua mata itu menatap datar ke arahnya. Entah apa yang tengah memenuhi pikiran Anin sekarang. Galen seperti menemui sesuatu yang tak pernah ia hadapi sebelumnya. Dan hal itu adalah pikiran Anin.
"Nin," panggilnya pelan.
Gadis itu masih terdiam pada posisinya. Ia masih mengenakan seragam Adara dan belum sempat mengganti pakaiannya.
Tidak lupa, jaket kesayangan Galen melekat pada tubuh Anin, menyembunyikan label Adara pada seragamnya.
Mereka sudah sampai di bandara. Bukan hanya Galen dan Anin, melainkan Jaden, Jordi, Aciel dan juga Revan.
Mereka bersikeras ingin mengantarkan Galen sebelum pria itu meneruskan sekolahnya di Amerika. Meski tidak seperti biasanya
Namun, saat ini mereka menjaga jarak. Dengan sengaja memberikan ruang untuk Galen yang sepertinya tengah memiliki masalah pribadi dengan Anin yang mereka ketahui adalah kekasih sahabat mereka itu.
"Gue mau berangkat. Lo masih mau diemin gue?"
Galen terlihat pasrah, tidak memahami apa yang tengah gadis itu pikirkan. Meski dengan berat hati ia meninggalkan Anin dan juga segala kenangan yang telah mereka torehkan bersama di Adara.
Galen tidak dapat berjanji kapan ia pulang. Keluarganya sedikit strict kepada Galen akhir-akhir ini setelah luka yang didapatkan oleh Galen beberapa bulan yang lalu. Mereka tidak ingin pewaris mereka yang berharga mengalami kesulitan dalam hidupnya.
Gadis itu bergerak mendekati Galen lalu bersandar pada dada bidangnya. Tentu Galen terkejut tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Galen membiarkan Anin bersandar kepadanya.
"Kapan pulangnya?"
Meski terdengar cuitan cukup keras dan menganggu dari para pria di belakang keduanya, setelah melihat interaksi Galen yang kaku dengan kekasihnya. Galen mengabaikan mereka sepenuhnya.
"Belum juga berangkat, udah nanya pulang aja," kekehnya pelan. Dengan sigap, tangan Galen melingkar, melingkupi badan Anin yang lebih kecil dari tangan kekarnya.
"We have a challenge, lo lupa?"
Anin menggeleng lalu menyembunyikan wajahnya pada Galen seperti ingin menangis.
"Hey! Hey!"
Galen terlihat panik tetapi juga gemas dengan tingkah Anin saat ini.
"Gak tahu kenapa ... gue gak siap," bisiknya pelan. Gadis itu merasa malu dan tidak mengeluarkan wajahnya dari badan Galen.
Galen tertawa pelan.
"That's mean ... I am the winner, right?"
"Enggak! Pertandingannya belum mulai. Lo aja masih di depan gue."
Galen merekatkan kembali pegangannya. Mereka berpelukan dalam heningnya keramaian. Waktu telah menunjukkan pukul empat sore, sepuluh menit sebelum Galen take off.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez? ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tentang orang jenius : Pertama, pendiam dan misterius. Kedua, berwawasan tinggi dan tidak memiliki banyak...