1.

1K 55 9
                                    

Beberapa chapter ke depan akan diceritakan hal-hal yang terjadi sebelum bagian Prolog. Jangan bingung dan anggap ini sebagai flashback. Enjoy reading ~~

***

"Eomma jangan mati!!"

Joo Dantae yang kala itu masih berusia tiga belas tahun menjerit ketakutan saat menemukan ibunya sudah berdarah di sebuah ladang yang terletak di tengah kota Seoul yang saat itu masih begitu sepi.

Langit malam menyelimuti teriakan serta isak tangis anak kecil itu. Dirinya memeluk ibunya. Kepalanya ia letakkan pada paha sang ibu.

Luka pada kepala ibunya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Semua ini diakibatkan karena pertengkaran ibu dan ayahnya. Ayahnya pengusaha terkenal tetapi memiliki banyak wanita simpanan, ibunya diselingkuhi dan dipukuli, begitupun dengan anaknya.

Sang ibu hanya tersenyum dan menatap anaknya dengan tatapan tak berdaya. Tangannya yang penuh darah ia gunakan untuk membelai pelan pipi anak lelakinya.

"Hei mister Baek, mulai besok kau harus mengganti nama menjadi mister Joo. Kau mengerti maksud eomma? Namamu kelak adalah Joo Dantae. Jangan pernah sebut dirimu dengan marga Baek lagi. Kamu mengerti?"

Untuk saat ini Dantae hanya mengangguk dia bersedia mematuhi semua perintah ibunya. Perlahan pipinya yang semula merasakan sentuhan jari-jemari hangat sang ibu, menghilang. Tangan dengan permukaan kasar hasil kerja keras itu tergeletak begitu saja di tanah.

Dantae berdiri dari duduknya dan mengguncang tubuh ibunya yang bersandar di tembok dengan kuat.

"Eomma, lihat aku! Eomma, tetap bernafas. Jangan tinggalkan aku, eomma! Tidak eomma, eomma!!"

Dantae panik, lalu mengusap wajahnya. Dia melihat telapak tangannya yang dipenuhi darah ibunya.

"Tidak! Tidak! Tidak! TIDAKKK!!"

Lalu dirinya jatuh tidak sadarkan diri. Di ladang bersama dengan ibunya yang sudah menghembuskan nafas terakhirnya.

"EOMMA! EOMMA! EOMMA!"

Dantae terbangun, dirinya melihat ke sekeliling dan aroma obat-obatan menyengat indra penciumannya. Kepalanya masih sedikit berputar mungkin diakibatkan karena dia bangun secara tiba-tiba.

"Kau sudah sadar?"

Dantae menatap seseorang di kasur seberangnya. Seorang anak perempuan dengan stiker tato kupu-kupu di lengannya dan baju rumah sakit yang sama dengan dirinya turun dari ranjang rawat.

"Hai, aku Shim Suryeon. Aku dengar dari dokter kalau kau pingsan di ladang rumput. Salam kenal, kita satu ruang rawat sekarang." Shim Suryeon menyodorkan tangan kirinya, tapi langsung ia ganti dengan tangan kanannya.

"Maaf, aku sedang berusaha agar tidak lagi menggunakan tangan kiriku. Appa tidak suka jika aku melakukan itu."

Kini Suryeon menawarkan tangan kanannya yang ia tempel dengan tato kupu-kupu pada Dantae. Dantae untuk sementara waktu masih mengamati wajah Suryeon. Terlihat jauh lebih muda dari dirinya. Dan yang pasti Dantae cukup terpesona dengan senyumannya.

"Halo? Apa kau tidak bisa mendengarku? Apa perlu aku panggilkan dokter?"

Dantae masih tidak mau menjawab. Hingga akhirnya Suryeon menurunkan tangannya dan memencet tombol untuk memanggil dokter. Tidak lama seorang dokter dan suster datang dan memeriksa Dantae.

"Nak, apa kau merasa pusing atau sakit?"

Dantae menggeleng saat dokter mengajukan pertanyaan.

"Siapa namamu?"

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang