74.

422 26 6
                                    

Kakinya dipijakkan ke atas sebuah lantai berkarpet di sebuah kamar hotel mewah yang pernah ditempatinya bersama sang kekasih dulu.

"Kalau begini aku bisa gila," kata Dantae berbicara kepada dirinya sendiri sambil merebahkan diri di ranjang.

Perjalanan buru-burunya membuat dia harus bekerja ekstra. Mengepak barang dan memberikan semua pekerjaannya pada Jun Sang dan Publae. Sementara dirinya berada di Jepang untuk mencari pujaan hati.

"Aku pasti akan menemukanmu, Suryeon. Apapun caranya, kita pasti akan bersatu kembali. Kita harus pulang, sayang."

Tak lama matanya terpejam dan dengkuran nafas halus pun terdengar. Dantae mengistirahatkan dirinya untuk mencari Suryeon besok.

Tidak jauh dari letak hotel bintang lima, Dantae, ada Joon Ki yang sudah berjalan keluar dari gedung apartemen dengan koper sedang di tangannya. Sesekali dia menengok ke kanan dan kiri untuk memastikan keadaan, baru dia naik ke taksi yang sudah ia pesan.

Suryeon melihat semuanya dari lantai atas. Untuk sementara, semua lampu di apartemen harus mati dan semus jendela harus ditutup agar tidak ada yang tahu bahwa ada orang tinggal di sana.

"Sekarang tinggal kau dan eomma lagi, ingin menonton drama korea sebentar sebelum tidur?" tanya Suryeon, mengajak bicara bayi yang masih berkembang di dalam sana.

"Baiklah, eomma janji hanya satu episode saja, kajja!!"

Bermodalkan susu hangat khusus untuk ibu hamil, Suryeon memulai acara tontonan malamnya.

"Eomma hampir lupa kalau awal bulan depan kita harus periksa ke rumah sakit. Joon Ki samchon juga masih di Korea. Tapi kita tetap harus pergi jadi eomma tahu apa kau baik-baik saja di dalam sana. Ya, eomma akan pergi berdua denganmu saja."

Perlahan Suryeon mulai tenggelam dalam drama itu. Satu episode, dua episode, hingga tiga episode. Suryeon hampir menghabiskan sekotak tisu menonton drama yang mengkisahkan perpisahan antara sepasang kekasih itu. Entah karena Suryeon merasa bahwa kisah itu sangat mirip dengan apa yang sedang dialaminya sekarang, atau karena benar-benar ingin menangis saja. Seperti yang Song Hwa atau pun Seo Jin lakukan.

"Mulai besok sepertinya kita akan bosan karena tidak banyak hal yang bisa dilakukan. Joon Ki samchon melarang kita terlalu sering keluar. Dia bahkan dengan sengaja mengisi kulkas agar eomma tidak bisa berbelanja atau berjalan-jalan," kata Suryeon berbicara sendiri di ruangan itu.

Mengekspresikan betapa bosannya dia berada di dalam ruangan ini. Fasilitas yang disediakan apartemen memang bagus, tapi Suryeon juga sangat ingin melihat keluar. Bagaimana mungkin dia di Tokyo hanya untuk berdiam diri di apartemen.

"Tidak. Eomma harus tetap di rumah. Ini demi keamanan kita."

Suryeon mematikan televisi kemudian berjalan naik ke atas kasurnya. Dia mengeluarkan ponselnya, kemudian mengecek galeri, video yang dia ambil terakhir kali adalah salah satu kenangan yang dia bawa dari Korea.

Meski sempat ragu, hari ini Suryeon menyalakan internet di ponselnya. Ratusan pesan dan panggilan tak terjawab masuk membombardir ponselnya. Tidak berhenti berdenting selama satu menit penuh membuat Suryeon harus menunggu dengan sabar sembari mencari posisi menyandar di kepala kasur.

Lebih dari sebagian notifikasinya berasal dari Dantae. Mengatakan betapa sedihnya dia dengan kepergian Suryeon, betapa kecewa, takut, dan marah Dantae terhadap dirinya.

"Maafkan aku, oppa."

"Eoh, Sang Yun oppa mengirim email."

Suryeon membuka email yang dikirim Sang Yun dua hari lalu. Beberapa foto terlampir di halaman email itu.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang