47.

412 25 4
                                    

Mereka benar-benar bertemu keesokan harinya di laboratorium. Semua ponsel sudah diberikan kepada Suryeon agar tidak ada satu orang pun yang bisa memalsukan hasil DNA. Sesuai permintaan juga, Suryeon memandangi kedua laki-laki itu agar bisa mendeteksi kalau ada gerak-gerik mencurigakan.

"Bisakan kau memandangku lebih lama? Jangan hanya memandangi Joon Ki saja."

"Oppa, aku bergantian setiap lima detik. Kau terlalu berlebihan."

"Tadi aku hitung kau melihatnya selama tujuh detik. Saat melihatku hanya lima detik pas."

"Astaga, ini! Kau puas?" Suryeon memandang Dantae lebih lama. Joon Ki hanya tersenyum dan geleng-geleng melihat Dantae memulai pertengkaran kecil yang sangat absurd. Diam-diam Joon Ki jadi lebih memperhatikan gerak-gerik Suryeon.

"Hasilnya sudah keluar. Kalian benar-benar cocok 99%," kata seorang suster sambil memberikan secarik kertas pada Suryeon.

Memang benar hasil yang ditunjukkan sama dengan yang Joon Ki berikan kemarin.

"Aku pikir nama kita hanya kebetulan, tapi ternyata kita benar-benar kakak beradik."

Dantae menatap Joon Ki tidak suka. Berharap jutaan kali dalam hatinya kalau ini hanya mimpi. Tapi berkali-kali menepuk pipinya, rasanya hanyalah kebas dan sakit.

"Oppa, apa yang kau lakukan?" Suryeon mengusap pipi Dantae yang sialnya menjadi sangat merah dan hangat.

"Kau sakit? Kenapa wajahmu sangat panas?"

Bagaimana tidak sakit kalau dielus selembut tadi oleh Suryeon. Sakit jantung iya.

"Dia hanya modus, benar kan Dantae oppa." Joon Ki mengambil alih mengelus pipi Dantae.

"Kau sangat menjijikan, pergi sana! Jangan dekat-dekat denganku! Omong-omong selamat, sepertinya sertifikat kelahiran kita menjadi surat permintaan maaf dari pabrik condom."

Joon Ki tidak bisa melawan perkataan terakhir Dantae, karena perkataannya cukup tepat. Mereka berdua ada karena Baek Jong Il. Hanya ibu dari masing-masing saja yang masih mau membesarkan mereka sepenuh hati. Sayangnya, kini kedua orang tersebut telah tiada. Orang yang mereka percaya akan menjadi perisai pelindungnya telah tiada akibat ayah mereka sendiri.

Setelah mengembalikan ponsel milik masing-masing, Dantae menarik Suryeon dan meninggalkan Joon Ki sendiri. Tesnya sudah selesai apalagi yang harus mereka lakukan selain pulang dan beristirahat atau kencan mungkin.

"Kita benar-benar meninggalkan Joon Ki oppa sendiri?"

"Dia bukan anak kecil yang harus kita perhatikan setiap saat."

Suryeon akhirnya hanya duduk menurut di kursi samping Dantae. Raut wajah Dantae bisa berubah seratus delapan puluh derajat saat Suryeon membicarakan Joon Ki.

"Aku pikir ini semua hanya mimpi. Bertemu denganmu, bertemu dengan Baek Jong Il, kau dan Joon Ki oppa yang ternyata kakak beradik. Selanjutnya hal apa yang akan terjadi lagi kalau sekarang saja sudah mengejutkan seperti ini," Suryeon merasa bingung dengan keadaannya saat ini.

Padahal mereka sudah berharap agar beban yang diberikan semakin ringan, tetapi yang ada masalah terus bertambah seiring waktu. 

"Ada hal mengejutkan lain yang bisa mengejutkanmu melebihi semua ini." 

"Sungguh? Kalau begitu pasti aku tolak. Sudah cukup kejutannya sampai di sini."  

"Yang satu ini tidak akan bisa kau tolak."

Dantae memberikan senyuman iblis, tanpa tanda apa pun dia membelokkan mobilnya ke pinggir. Segera dia melepas sabuk pengamannya dan sabuk pengaman Suryeon lalu menarik tuas agar jok yang Suryeon duduki bisa dalam posisi lebih tidur. Tangan kiri Dantae meraih tengkuk Suryeon sedangkan yang kanan digunakan untuk menopang berat badannya. Bibirnya mulai mencium bibir Suryeon.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang