53.

358 22 3
                                    

"Maaf. Harusnya aku tidak mengajakmu ke sini. Pasti kau kedinginan. Maaf..."

Suryeon menatap kekasihnya dengan kesal. Hmm, mungkin sekarang Dantae sudah menjadi tunangannya juga. Shim Suryeon! Sadarkan dirimu! Ini bukan saatnya memikirkan itu.

"Oppa, berhenti meminta maaf. Ini bukanlah hal yang seharusnya kau jadikan sebagai bahan untuk permintaan maaf. Aku benar-benar tidak apa-apa. Aku malah senang karena bisa melihat taman bunga di musim dingin seperti ini. Bahkan ada beberapa bunga yang baru pernah aku lihat."

Dantae menunduk. Rasanya seperti diomeli ibu sendiri. Entahlah, Dantae yang dulu sangat anti meminta maaf pada orang menjadi orang yang selalu meminta maaf terlebih dahulu sekarang. Sebegitu besarnya kah efek kupu-kupu yang Suryeon beri pada Dantae sampai dia bisa menjadi sangat jinak.

"Oppa! Di sana ada toko souvenir, ayo beli beberapa untuk oleh-oleh," kata Suryeon semangat sambil menggenggam tangan Dantae yang dingin.

Suryeon berusaha menyemangati Dantae yang tampak lesu. Semenjak pergi dari rumah makan tadi, Dantae menjadi lebih pendiam. Seharusnya Dantae yang menyamangati Suryeon di sini, tapi kini malah terbalik. Malah Dantae yang tampak lebih terluka.

"Kalau ini soal semalam, aku benar-benar akan menamparmu, oppa. Siapa tahu itu bisa membuat perasaan kita lebih tenang."

Dantae terkejut mendengar kata-kata Suryeon. Untung saja gelas yang ada di tangannya tidak jatuh ke lantai. Salah sendiri karena melamun terus memperhatikan Suryeon sedari tadi.

"Sepertinya boleh dicoba."

Dantae menyerahkan diri. Tidak banyak orang yang ada di toko jadi mungkin tidak apa-apa menamparnya, apalagi sudah dapat izin dari orangnya langsung.

Plak

"Aarrgh!" Dantae berteriak sembari memegang pipinya yang kebas.

Si penjaga kasir tentu saja terkejut dan pergi menjauh. Tidak mau kalau sampai dia harus berurusan dengan pasangan yang sedang bertengkar. Begitu di benaknya.

"Wah. Aku merasa lebih lega juga." Suryeon membuang nafas seolah beban di dadanya semakin terangkat.

Dantae malah tersenyum dengan sebelah pipi yang memerah. Suryeon kaget melihatnya. Sepertinya dia terlalu terbawa emosi tadi.

"Aku juga merasa lebih tenang. Aku lebih senang kau memaki atau menamparku daripada diam. Itu membuat rasa bersalahku semakin besar."

"Satu kali lagi kalau begitu?"

Suryeon tersenyum jahil dengan posisi tangan di udara sudah siap menyapa kembali pipi Dantae.

"Tidak, terimakasih. Duduk di sana." Dantae menunjuk aalah satu meja di dekat jendela yang menyuguhi pemandangan kebun yang indah.

"Aku akan pesankan teh di sini."

"Anni, oppa. Tadi kau sudah mentraktirku makan siang. Sekarang aku akan traktir di sini. Lagipula aku pasti tahu lebih banyak tentang teh darimu."

Suryeon melangkah maju untuk memanggil si penjaga kasir yang kabur ke dapur. Tapi Dantae malah meraih pinggang Suryeon dan membuat mereka berada dalam posisi yang sangat dekat.

"Kau masih harus lebih banyak mengenal diriku lagi sepertinya, Suryeon. Meja kecil di pojok penthouseku, itu tempat aku menikmati berbagai macam teh," ucap Dantae dengan mata yang menatap lembut iris Suryeon.

"Aku baru ingat kalau oppa suka minum teh juga."

"Jangan lupa kalau aku juga suka alkohol."

Suryeon geleng-geleng kepala. Mana mungkin dia lupa pada alkohol. Alkohol itu sudah jas sahabat terbaik Dantae. Semalam saja mereka minum bersama--- Oke. Suryeon tidak mau membahas lebih jauh karena di jarak sedekat ini, Suryeon bisa mencium wangi khas dari Dantae, membuatnya teringat kembali kondisi mereka tadi pagi. Sial. Tripel sial. Ingat lagi jadinya!

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang