76.

506 32 11
                                    

"Kau memang punya alasan untuk pergi dariku. Tapi sekarang, aku juga punya alasan untuk membawamu kembali."

Suryeon menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Dari mana kalimat-kalimat itu berasal? Aku pikir aku baru pertama kali mendengarnya. Ah sudahlah," gumam Suryeon di pagi hari tepat setelah dirinya terbangun dari tidur lelapnya.

Membasuh wajahnya dengan air keran kemudian berjalan ke dapur untuk membuat sarapan sederhana. Tanpa tahu kalau semalam 'tetangganya' berubah menjadi penyusup yang datang melewati balkon.

Apa kabar tetangga Suryeon yang semalam tidur di sisinya?

"Astaga! Aku hampir mati!" seru Dantae setelah dirinya berhasil melompat menuju balkonnya sendiri.

Telat dua detik saja maka Suryeon akan segera tahu bahwa Dantae sedang tidur memeluknya. Untungnya Dantae segera terbangun dan kembali ke dalam apartemennya melewati balkon.

Meski berada dalam keadaan mendesak, Dantae tidak lupa untuk menaruh alat perekam suara di beberapa tempat yang tak terlihat. Bahkan menaruh kamera kecil di kamar Suryeon dan di dekat euang tamu yang bisa langsung menyorot keadaan seluruh apartemen.

"Aku tidur terlalu nyenyak. Setelah tidak mendapat istirahat cukup dan tidak ada pelukan Suryeon, malam tadi cukup untuk mengembalikan semangatku."

Dengan gugup, Dantae menaruh bungkusan yang Suryeon berikan padanya kemarin dan plastik dari apotek di depan unit Suryeon.

"Satu... Dua... Tiga..."

Ting Nong

Berhasil memencet bel, Dantae segera berlari masuk ke dalam apartemennya. Sembari menempelkan telinga rapat-rapat pada pintu untuk mendengarkan.

Terima kasih untuk makanannya. Ini bayaranku. Semoga bayi-bayimu terlahir dengan sehat.
- Michael

"Eoh, sepertinya paman Michael tahu kalian kembar."

Dantae melihat notes yang tertinggal di meja. Ternyata dia malah menempelkan notes yang salah di bungkusan itu. Pada notes yang benar, Dantae akan bersikap seolah tidak tahu kalau Suryeon akan memiliki anak kembar.

"Oh, hebat sekali. Aku hampir membonglar identitas Michael."

Dantae berjalan menuju balkon setelah menggunakan masker hitamnya. Penampilannya jauh berbeda dari biasa. Rambutnya menutupi dahi tanpa gel dan kacamatanya dilepas. Dibalik masker itu sudah tumbuh kumis-kumis tipis.

"Selamat pagi, Michael-ssi, apa kau sudah sembuh dari sakit?"

Dantae bersiap mengubah suaranya lagi, "Belum."

"Terima kasih untuk vitamin dan juga susunya. Kau tahu aku sedang hamil?"

"Perutmu," ucap Dantae menjawab seperlunya dengan menunjuk perut Suryeon.

"Apa sekarang mulai terlihat? Mereka sudah memasuki usia empat bulan."

"A-ah, benarkah?"

Suryeon mengangguk, tersenyum menatap langit sembari mengelus perutnya.

"Ternyata anak-anakmu memang kembar."

"Kau cenayang, Michael-ssi? Bagaimana bisa kau tahu mereka kembar?"

Dantae sedikit gelagapan, bodonya dia bisa keceplosan mengatakan itu.

"Hanya asal menebak. Aku juga pernah menginginkan hal yang sama soal anak. Anak kembar."

Suryeon mengangguk paham, "Kau sudah menikah? Dari rencana soal memiliki anak, aku yakin kau tidak main-main dengan hubunganmu."

"Iya. Kami sudah bertunangan."

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang