6.

470 33 7
                                    

Aksi Dantae dan Sungjae menjadi tontonan gratis di sekolah. Semua siswa-siswi di lorong memperhatikan mereka, termasuk seorang gadis yang berdiri di depan kelas 1-2.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan? Berhenti menatap Suryeon seperti itu!"

Sungjae meremas telapak tangan Dantae, tapi Dantae kembali meremas lebih keras.

"Kau yang harusnya berhenti menyentuh Suryeon seperti itu."

"Kami sudah bersahabat bahkan sebelum kau di sini. Kami seperti saudara."

Dantae mendorong Sungjae hingga dirinya jatuh terduduk di lantai. Dantae menepuk kedua telapak tangannya gaya menyingkirkan debu.

"Maaf, bagaimana ini. Aku ingin memilikinya. Bukan melihat Suryeon sebagai seorang saudara ataupun teman."

Dantae berjongkok di samping Sungjae dan berbisik. "Aku menginginkannya sebagai wanitaku. Sebagai milikku satu-satunya."

Sungjae membeku. Bahkan lehernya menjadi kaku untuk menoleh ke arah Dantae.

Tringgg Tringgg Tringgg

Bel sekolah betbunyi, semua orang di lorong bubar. Suryeon yang semula ingin membantu Sungjae terpaksa harus pergi ke kelasnya agar tidak dianggap telat.

"Kalian! Apa yang kalian lakukan di sana? Tidak dengar kalau bel sudah berbunyi?"

Seorang guru laki-laki dengan pakaian olahraga mendekat. Sebelah tangannya membawa papan absen dan di lehernya terdapat peluit perak. Tapi ciri khasnya ada pada aksen yang ia gunakan saat berbicara, serta giginya dengan letak berantakan menambahkan poin untuk nilai guru dengan penampilan teraneh di sekolah.

"Maafkan saya sonsaengnim. Saya akan segera ke kelas."

Sungjae membungkuk dan berlari ke kelasnya. Dantae berdiri dan malah berjalan ke arah Sungjae.

"Selamat pagi, saya murid baru di kelas 1-3. Nama saya Joo Dantae."

"Eoh, kau bisa memperkenalkan diri di kelas. Sekarang ikuti saya."

Guru olahraga itu menuntun langkah Dantae, "Masuklah dan kau bisa langsung memberi salam."

Dantae mengangguk paham, dia masuk dan melihat Sungjae yang duduk di barisan paling depan tepat di hadapannya saat sedang berdiri seperti ini.

"Nama saya Joo Dantae. Semoga kita bisa berteman. Tolong bantu saya karena saya masih baru di sini. Terima kasih."

Dantae menutup perkenalannya dengan membungkukkan badan. Dia berjalan ke barisan dekat jendela dan mengisi kursi kosong kedua dari depan.

"Oke. Anak-anak, pelajaran pertama adalah olahraga. Dikarenakan jadwal kita bersamaan dengan anak tingkat 4 sekolah dasar. Lapangan akan kita gunakan bersama. Jadwal kalian hari ini adalah jogging lalu setelahnya jam bebas."

"Sonsaengnim, mengapa ssaem juga tidak memberikan perkenalan. Murid baru kita masih belum tahu nama ssaem," kata Tae Gyu membuat seluruh pergerakan kelas terhenti.

"Nama ssaem, Gu Ho Dong. Cukup bukan Tae Gyu? Jadi sekarang akan kuberi kalian waktu sepuluh menit untuk mengganti baju kalian."

Ho Dong meninggalkan kelas dan menuju ke lapangan. Kondisi kelas menjadi ribut, mereka terus mengobrol sambil mengganti baju. Para siswi perempuan sudah keluar menuju ruang ganti khusus, berbeda dengan para laki-laki yang bisa mengganti baju langsung di kelas.

Tae Gyu menyelesaikan acara ganti pakaiannya dan mendekati Dantae yang sedang memandang ke arah lapangan.

"Aku Bong Tae Gyu," kata Tae Gyu sembari mengulurkan tangannya.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang