15.

448 28 5
                                    

Setelah Dantae masuk ke dalam mobilnya, Suryeon segera melepaskan tangan Sungjae.

"Oppa, mengapa memanggilku seperti itu?" tanya Suryeon dengan nada marah karena tidak terima dengan panggilan sayang yang baru saja Sungjae sebut.

"Kenapa memangnya? Aku sedang membantumu." Sungjae menaikkan kedua alisnya jahil lalu masuk ke dalam terlebih dahulu.

Sungjae mengikuti dan karena Suryeon sudah hafal di mana tempat abu ibu Dantae ditaruh, dia bisa langsung ke sana.

"Suryeon, aku akan ke toilet sebentar." Sungjae menjauhi lorong sekaligus memberikan ruang untuk Suryeon berbicara.

"Eomeoni, aku datang lagi. Maaf kalau nanti aku tidak bisa datang di hari peringatanmu. Eomeoni, Dantae oppa terlihat tidak terlalu baik akhir-akhir ini. Tapi eomeoni tidak perlu khawatir, sekarang aku akan berada di Korea. Aku akan menjaga dia, eomeoni. Sama seperti yang eomeoni lakukan."

Suryeon menghapus air matanya yang turun dengan sendirinya. Hingga tanpa sengaja Suryeon melihat sebuah buket Krisan putih lainnya yang terletak di rak abu tersebut.

"Aku membawakan bunga. Tapi sepertinya Dantae oppa juga memberikan bunga yang sama."

Suryeon tetap menaruh bunganya di samping bunga milik Dantae.

"Eomeoni, aku akan melakukannya. Setelah memikirkannya berkali-kali, aku sudah yakin kalau aku akan menjadi desainer pribadi Dantae oppa. Aku akan membuatkan pakaian yang sangat keren untuk anak eomeoni."

"Aku pamit dulu eomeoni. Semoga eomeoni tenang dan bahagia di sana. Putramu menjadi seorang yang sukses. Dia juga jadi semakin tampan."

Suryeon tersenyum setelah menceritakan mengenai Dantae kepada nyonya Joo. Dia pergi dan Sungjae masih belum kembali. Tanpa rasa curiga, Suryeon berjalan keluar berniat menunggu Sungjae di depan pintu masuk.

"SUNGJAE  OPPA!!!"

Suryeon berteriak begitu menemukan Seungjae yang meringis kesakitan sembari memegang  perutnya di mana sebuah pisau tertancap di sana. Darah ada di mana-mana.

Suryeon menelepon rumah sakit dan meminta ambulance untuk segera datang.

"Apa yang terjadi?"

Dantae datang, dia berlutut di samping Suryeon yang menangis.

"Sungjae oppa."

Dantae menoleh. Matanya melihat dengan jelas darah yang perlahan mengalir menuruni tangga tercampur dengan air hujan. Tapi lehernya kini tak lagi terasa tercekik. Dantae bahkan bisa membantu Suryeon untuk menghentikan pendarahan Sungjae.

"Kau sudah menelepon ambulance?" tanya Dantae.

Dantae menatap Suryeon yang tak kunjung menjawabnya.

"Tenang, Lee Ji Ah. Semua akan baik-baik saja." Ki Joon memeluk Ji Ah. Dia mengelus punggung Ji Ah memberikan ketenangan.

Suryeon mengatur nafasnya. Dia menghirup dan menghembuskannya pelan.

Setelah dirinya dirasa cukup tenang dan bisa berfikir lebih jernih, Suryeon merobek salah satu lengan kemejanya dan menggunakannya untuk menghentikan pendarahan pada perut Sungjae.

Lalu beberapa menit kemudian, ambulans datang dan segera membawa Sungjae masuk. Semua orang langsung bertindak cepat dan melakukan penolongan pertama.

Dantae dan Suryeon menatap cemas ambulans yang perlahan menjauh dari mereka.

"Naik mobilku saja. Kita harus segera mengikutinya ke rumah sakit."

Dantae mengelap pipinya dan betapa terkejutnya dia saat melihat kedua telapak tangannya terlumuri darah.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang