30.

555 32 4
                                    

Sembari menceritakan secara singkat dan padat apa yang sebenarnya terjadi dua puluh tahun lalu, makanan yang mereka pesan habis tidak bersisa.

"Appa memang sudah selayaknya mendapatkan hukuman."

Dantae mengambil serbet kemudian mengelap mulutnya.

"Lalu kenapa tidak oppa laporkan sedari dulu? Kau pasti tahu semua hal mengenai Baek Jong Il," ucap Suryeon heran dengan Dantae yang tetap tutup mulut hingga sekarang.

"Aku tidak bisa melakukannya tapi kau bisa."

Suryeon mengerutkan dahinya tidak paham dengan perkataan Dantae.

"Karena kau anaknya?"

Dantae menggeleng, dia mencondongkan badannya kemudian mengambil teko dan mengisi kembali cangkir dan cangkir Suryeon yang sudah kosong.

"Bukan karena itu."

Teko itu Dantae letakkan lalu dengan pelan, Dantae meminum tehnya. Dia teringat dengan konsekuensi dari perjanjian yang ia buat dengan ayahnya dulu.

"Kontrak kedua adalah kontrak di mana kamu harus menutupi semua rahasia Baek Jong Il. Tidak boleh mengungkapkan detail dari kematian ibumu. Atau ada denda yang harus kau bayar."

"Bukan berupa uang, tapi mungkin orang yang kau sayangi. Sama seperti ibumu. Jadi ada baiknya kalau kau tutup mulut soal kejadian-kejadian sebelumnya."

"Sama seperti yang kau takutkan. Aku juga takut kalau kau terluka. Aku sudah berjanji untuk tidak menarikmu ke dalam bahaya. Baek Jong Il bisa langsung tahu kalau aku yang sedang mengorek semua kelakuan busuknya, tapi Baek Jong Il sama sekali tidak akan curiga denganmu. Terutama perusahaan kalian sempat bekerja sama dulu. Malah Baek Jong Il akan melihat ini sebagai peluang untuk kembali mengiiat kontrak dengan Jakomo."

"Lalu apa yang harus aku lakukan oppa? Beberapa hari lalu Sang Yun-ssi membertiahuku bahwa Baek Jong Il meminta untuk bertemu."

Dantae menjentikkan jarinya, "Sempurna!"

"Saranku, kau bisa bertemu dengannya terlebih dahulu. Rencanakan sebuah proyek tanpa pernah menekan proyek tersebut. Berpura-puralah tertarik dengan perusahaannya. Sembari perlahan kita akan mengorek semua rahasianya."

Dantae mengulurkan tangannya, "Eotte Shim Suryeon sajangnim? Bukankah ini ide yang bagus?"

Suryeon tersenyum senang, dia menyambut tangan Dantae dengan semangat.

"Tentu saja! Berarti hal pertama yang harus aku lakukan adalah tertarik dengan Baek Jong Il."

Sebentar, sepertinya ada sedikit kesalah pahaman di sini. Dantae yang salah dengar atau Suryeon memang benar-benar mengatakan bahwa dia akan mencoba untuk menarik Baek Jong Il.

"Ya, pabbo! Aku bilang perusahaannya bukan orangnya! Aku akan langsung membunuhnya jika berhasil membuatmu berpaling," amuk Dantae merasa kesal, Suryeon hanya tertawa senang karena berhasil menjahili Dantae.

"Daripada appa nya, aku pasti lebih tertarik pada putranya."

Mata Dantae berbinar, dia bahkan tersenyum malu-malu dan menjadi salah tingkah. Tangannya yang masih menggenggam tangan Suryeon menjadi sedikit berkeringat karena gugup.

"Sungjae oppa juga seorang putra, wah banyak sekali ya laki-laki di sekelilingku. Bagaimana ini, oppa? Aku bisa saja rertarik drngan mereka," goda Suryeon yang sudah tahu bagaimana cara membuat Dantae kesal.

"Shim Suryeon! Aku akan mengurungmu di penthouse jika berani menerima laki-laki penggoda sepertinya."

Suryeon semakin jahil, dia melepas tangan Dantae kemudian bangkit berdiri. Suryeon berjalan dan berdiri di hadapan Dantae setelah memundurkan sedikit meja makan mereka, kemudian Suryeon mencondongkan badannya mendekati wajah Dantae.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang