Prolog

1.9K 63 13
                                    

Dantae menatap sepasang cincin yang sudah ia pilih. "Cincin ini terlihat mewah dan indah di saat bersamaan, sama seperti dia. Aku menyukainya," kata Dantae lalu menyerahkannya kepada sang pelayan toko yang ada di hadapannya.

Telepon genggamnya berbunyi menandakan bahwa ada panggilan masuk. Melihat nama sang penelepon, Dantae tersenyum begitu lebar.

"Sayang, aku terkejut kamu meneleponku duluan. Aku merasa begitu bahagia. Ah, kamu akan kembali besok setelah perjalan bisnismu 'kan," ucap Ki Joon dengan nada penuh kelembutan.

Lalu dia melanjutkan ucapannya saat sang penelepon masih belum bersuara sekalipun. "Aku sudah mengambil cincin yang kita pilih dan...,"

"Mari, kita batalkan pernikahan ini."

Tangan kirinya memegang ponsel yang masih tersambung dengan telepon kekasihnya, lebih tepatnya, tunangannya. Senyumnya yang semula begitu cerah saat mengetahui sang pujaan hati menelepon berubah menjadi senyum penuh kesedihan dan amarah.

"Apa yang kau katakan tadi?" Dantae berusaha untuk menjaga nada bicaranya agar tetap tenang.

"Aku akan bilang pada appa, aku yang akan menjelaskannya pada appa. Maafkan aku, kau juga tidak akan bisa menghubungiku lagi. Selamat tinggal Joo Dantae."

Sambungan telepon itu terputus. Dantae masih membeku di tempat. Bola matanya melirik ke kiri dan ke kanan dengan panik.

"Yeoboseyo... yeoboseyo!!" Berkali-kali Dantae memanggil dan jelas tidak akan ada yang menjawab.

"Kata siapa? Kata siapa dia boleh membatalkan pernikahan ini!? KATA SIAPA!!" Dantae membanting teleponnya hingga hancur berkeping-keping.

Semua orang yang ada di toko perhiasaan itu seketika dibuat terkejut oleh tingkah Dantae.

"Kamu hanya satu-satunya yang ku punya dan aku inginkan Shim Suryeon. Aku pasti akan membawamu kembali."

***

"Lihat sayang, bukankah itu cantik?" Seorang wanita menatap ke dalam sebuah ruangan, tangannya mengelus lembut tangan seorang laki-laki yang melingkar di perutnya.

"Itu menakjubkan," balas si wanita. Laki-laki itu mengecup pelan pipi sang wanita dan memeluknya semakin erat.

"Akan kupastikan kamu hidup sebagai wanita paling bahagia di dunia."

"Rumah di Gangnam, gedung-gedung yang sudah dibangun, dan anak-anak. Kini kita sudah memilikinya."

Laki-laki itu mengelus perut wanita di depannya dengan pelan. "Anak-anak kita nanti akan tinggal di rumah termahal yang terletak di lantai tertinggi di Korea."

"Penthouse."

"Aku mencintaimu, oppa."

"Aku lebih mencintaimu, Shim Suryeon."

Mereka berdua menyatukan dahi mereka, kemudian ujung hidung mereka mulai bersentuhan. Hingga pada akhirnya bibir mereka saling bertemu dan kembali memadu kasih. Saling menyalurkan perasaan betapa mereka sangat mencintai satu sama lain.







TBC

Meski ada kendala, cerita tetap akan ditamatkan sesuai jadwal yaitu saat Penthouse juga selesai tayang 🙏

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang