7.

403 29 2
                                    

Pertandingan sengit dan penuh peluh itu berakhir dengan skor seri. Tidak ada yang kalah dan semua dianggap sebagai pemenang.

Gu Hodong menghentikkan permainan mereka saat melihat Sungjae yang begitu memaksakan diri padahal kondisinya belum membaik sepenuhnya.

Kelas Suryeon sudah dibubarkan sejak 10 menit lalu, dikarenakan ada rapat darurat para guru dan semua guru diminta untuk hadir di sana.

"Kalian bisa kembali ke kelas untuk berganti baju. Untuk pelajaran selanjutnya, kalian bisa membaca-baca terlebih dahulu," Ho Dong meninggalkan lapangan dan segeta berlari menuju ruang rapat.

Semua murid tentunya bersorak gembira, mereka mendapatkan free time untuk mengistirahatkan diri sejenak.

Ada yang sudah tidur di atas meja, ada yang membeli banyak camilan dari kantin, para kaum perempuan sedang bergosip dan membenarkan make up mereka.

Dantae memanfaatkan waktunya untuk keluar dan mencari Suryeon. Sepuluh menit lagi bel akan berdering dan waktunya mereka istirahat selama lima belas menit.

Dilewatinya kelas Suryeon oleh Dantae. Gadis itu duduk di barisan dan letak yang sama persis dengan Dantae. Bibir Dantae tertarik ke atas membentuk senyuman.

"Kau tidak boleh membolos kelas!" tegur guru dari dalam ruang kelas Suryeon.

"Ah, ssaem, aku tidak membolos, aku hanya sedang mencari toilet. Tapi sepertinya aku salah arah." Dantae memegang belakang lehernya dikarenakan gugup saat seisi kelas menatapnya.

Dantae membungkuk pada guru yang sedang mengajar, "Maaf, sonsaengnim. Saya murid baru di sini dan saya kesulitan untuk mencari toilet. Boleh saya tanya di mana letak toiletnya?"

Guru pengajar itu hanya mengangguk-angguk paham, "Shim Suryeon, kau bisa berhenti mencatat dan tolong antarkan siswa baru ini ke toilet."

Suryeon menunjuk dirinya sendiri dengan pandangan penuh tanya. Si guru mengangguk lalu tetap menyuruh Suryeon mengantarkan Dantae ke toilet.

"Baik, sonsaengnim."

Suryeon memang bukan tipe anak yang menolak jika disuruh ini itu oleh orang yang lebih tua darinya. Dia akan melaksanakan hal itu selama hal itu ia rasa masih sanggup untuk dilakukannya. Ditambah, statusnya sebagai ketua kelas membuat dia mau tidak mau harus selalu menuruti permintaan para guru.

"Tinggal belok kiri dan lurus terus, di ujung sana ada toilet." ucap Suryeon memberi arahan pada Dantae.

"Terima kasih atas bantuannya," Dantae berkata sembari tersenyum.

"Ah, oppa, aku punya sesuatu untukmu." Suryeon merogoh saku jaketnya dan mengambil sebuah benda lalu menyerahkannya pada Dantae.

"Kau mengambilnya?" Dantae bertanya sebab ia tidak ingat bahwa sapu tangan ini ada pada Suryeon.

"Iya, saat hujan itu. Maaf karena tidak meminta izinmu dulu. Sekarang aku kembalikan."

Dantae mengangguk mengerti, dia memasukkan sapu tangan itu pada saku celananya.

"Maaf karena hanya mencucinya dengan sabun biasa. Rumah sakit tidak menyediakan deterjen." kata Suryeon dengan raut wajah kesal. Sapu tangannya jadi tidak sewangi sebelumnya karena ia cuci dengan sabun tangan.

Dantae tertawa melihat ekspresi kesal Suryeon. "Dengan sapu tangan itu, kita jadi punya alasan untuk saling bertemu lagi, bukan?"

Dantae mengedipkan sebelah matanya lalu berjalan melewati Suryeon.

"Oppa, kau tidak jadi ke toilet?" tanya Suryeon sedikit berteriak.

Dantae membalikkan badannya dan berjalan mundur. "Itu hanya alasan agar bisa bertemu denganmu. Sampai jumpa nanti!" Lalu melambaikan tangan dan berlari saat melihat Ho Dong sudah berada di depan kelasnya.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang