Dantae berjalan dengan perasaan yang sedikit lega menuju selnya. Setelah melihat Suryeon dan bisa menceritakan sebagian kisah yang ia pendam selama ini, beban yang Dantae pikul mulai berkurang.
"Makan malam."
Saat Dantae membuka pintunya, ternyata ada petugas yang membawakan makan malam untuk mereka. Makanan yang mereka santap tidak berbeda dari makanan tahanan lain. Dantae yang meminta agar berhenti memperlakukan ayahnya dengan berbeda di sini. Ayahnya harus belajar. Baek Jong Il harus merasakan kehidupan tikus yang ia benci dulu.
"Kau sebut ini makanan? Ini jelas sampah!"
Jong Il melempar supnya ke arah Dantae. Tapi Dantae tidak bergeming dan tetap lanjut menyantap makanannya.
"Wae? Dulu sebelum bisnis eomma berkembang, kita sering makan nasi dan kimchi saja setiap hari. Bahkan kita harus meminta makan yang sudah kadaluarsa di mini market. Appa tidak komplain saat itu."
"Aku punya uang! Sekarang aku sanggup membayar semuanya," teriak Jong Il kesal karena Dantae terus membalas dengan kata-kata yang memancing emosinya.
"Sepertinya tidak. Aku mulai mengurus semua aset agar mengatas namakan Joo Dantae. Ah, terutama gudang yang sudah tidak terpakai itu. Aku akan menghancurkannya."
"Kau tidak bisa seenaknya! Bagaimana bisa semua aset jatuh ke tanganmu? Aku bahkan tidak pernah memberikan stempel. Tidak akan pernah."
Dantae mengelap pakaiannya yang sedikit berwarna merah karena kuah yang mulai menyerap, "Aku juga sanggup membayar semuanya."
"Makanlah, appa."
Jong Il dengan enggan menyantap makanannya. Setelah sekian lama, akhirnya Jong Il kembali memakan makanan sederhana. Dirinya yang hidup dengan cukup mewah membuat Jong Il lupa daratan. Menomor satukan uang di atas segalanya. Jong Il sudah dibutakan.
Selanjutnya tidak ada yang berbicara. Mereka hanya makan dengan tenang, karena tahu kalau salah satu dari mereka mulai berbicara, pasti akan kembali terjadi perdebatan.
"Sekarang waktunya membayar, appa."
Dantae menaruh nampan berisi mangkok-mangkok kosong di depan pintu kemudian mendatangi Baek Jong Il yang siap-siap untuk tidur.
"Apa maksudmu?"
"Appa bilang sanggup membayar semuanya."
Dantae membentangkan kasur lipatnya. Lalu merebahkan diri sembari menatap langit-langit.
"Sialan, berapa yang kau mau?"
"Bukan itu yang aku maksud."
Dantae menengok ke kanan di mana Jong Il ada di sudut ruangan. Cukup jauh dari Dantae.
"Bayar semua kejahatan yang sudah appa lakukan. Aku saja sudah lelah menyimpan semua rahasia appa selama ini. Apa appa tidak lelah? Apa appa tidak merasa bersalah sedikit pun?"
Jong Il tidak membalas perkataan Dantae, dia berbalik badan memunggungi Dantae.
"Cepat atau lambat, mau disembunyikan sebaik apa pun, semuanya akan segera diketahui. Kita tetap harus membayar kejahatan yang kita lakukan, appa."
Jong Il memejamkan mata. Ingin sekali dia menulikan telinganya saat Dantae berceramah begini. Benar-benar keturunan ibunya. Membuat Jong Il muak.
"Bayangkan betapa sedihnya Yoon Hee immo saat tahu kalau kakaknya tidak bertanggung jawab."
Dantae memejamkan mata dan segera bersitirahat. Pukul satu dini hari, terdengar bunyi kawat yang saling bertubrukan dengan jendela. Mata Dantae mengerjap perlahan. Berusaha mengumpulkan kesadarannya sampai dia melihat Baek Jong Il yang meronta-ronta di udara. Dia tergantung di jendela dengan handuk mandi di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanficGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...