Jalanan malam kota Seoul terlihat begitu cantik karena warna dari lampu kelap-kelip di jalan yang terlihat siap menyambut tahun baru. Beberapa orang kesulitan untuk beraktivitas di luar ruangan akibat turun salju, tapi berbeda dengan orang-prang yang memiliki pasangan. Menurut mereka ini kesempatan emas untuk melakukan hal romantis bersama kekasihnya.
Meskipun mereka berada di dalam mobil, Dantae masih melakukan hal romantis untuk Suryeon. Dimulai dari sebelah tangannya yang terus menggenggam tangan Suryeon sembari diusap dengan ibu jarinya.
"Oppa, sebaiknya kau fokus menyetir saja. Jangan melakukan hal yang seperti ini," omel Suryeon.
Padahal dia sendiri senang dengan perlakuan Dantae tapi tetap protes saat diperlakukan begini, malu kalau sampai Dantae tahu Suryeon sangat suka tangannya digenggam Dantae. Malu malu tapi mau.
"Aku sudah profesional. Menyetir sambil menatapmu saja aku bisa," ucap Dantae sambil benar-benar menengokkan kepalanya ke arah Suryeon.
"Oppa! Lihat ke depan!" Kali ini Suryeon serius dengan omelannya.
Bisa saja Dantae menabrak mobil di depannya atau malah berbelok ke samping dan membuat mereka terjun dan mati bersama ke sungai mengingat kalau mobil yang mereka tumpangi sedang menyeberangi jembatan.
"Sudah makan malam?" Dantae bertanya mengingat sekarang sudah melewati jam makan malam pada umumnya dan dia juga belum mengonsumsi apapun selain latte tadi siang.
"Belum. Oppa sendiri?"
"Belum juga."
Dantae menyenderkan punggungnya. Jalanan menjadi macet karena memasuki jam pulang kerja. Mengingat soal latte, Dantae mengambil bungkusan di jok belakang.
"Aku membelikannya untukmu. Makan ini dulu saja," kata Dantae sambil menaruh bungkusan berisi satu kotak kue dan satu gelas latte dingin yang esnya sudah mencair dari tadi siang.
"Gomawo oppa." Suryeon membuka bungkusnya dengan rapih. Sepotong roll cake rasa cokelat ada dalam kotak kue itu.
Suryeon mengambil suapan pertama dengan garpu plastik yang disediakan. Rasanya luar biasa enak.
"Oppa, buka mulutmu."
Tidak lupa dengan orang yang sudah membelikan ini untuknya dan juga orang yang sama-sama belum makan, Suryeon menyuapi Dantae potongan cake cokelatnya. Potongan kedua ini diterima Dantae. Selanjutnya potongan ketiga mendarat di mulut Suryeon.
Karena roll cake yang lebih ideal untuk dimakan sendiri, Suryeon hanya bisa membelahnya menjadi empat bagian dan potongan terakhir sudah siap untuk diberikan pada Dantae.
"Hei! Aku membelikannya untukmu seharusnya kau habiskan saja sendiri," kata Dantae menolak potongan terakhir itu.
"Aku yang ingin membaginya denganmu, oppa." Suryeon masih bertahan di posisinya yang siap menyuapi Dantae. Pada akhirnya Dantae menerima suapan terakhir itu.
Latte yang ada juga mereka bagi dua. Jadi perut mereka sudah lebih terisi dari sebelumnya.
"Gomawo," kata Dantae tersentuh dengan perlakuan Suryeon.
"Aku akan memesan makan malam nanti ke penthouse, kau ingin makan apa?" Dantae melihat aplikasi pesan online lewat ponselnya.
Suryeon menunjukkan foto makanan kepada Dantae. Beberapa lauk, nasi, kimchi, dan sup buddae jigae tersaji dengan rapih dalam foto itu.
"Kau ingin itu? Bukannya itu hanya makanan rumah biasa?"
"Bukan, oppa. Ini masakan bibi Yang. Bibi Yang sudah memasak untuk kita dan masih menunggu di rumah. Bukannya bibi Yang sudah pulang jam tujuh? Kenapa bibi Yang masih di penthouse?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...